Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak-anak (pexels.com/Artem Podrez)
ilustrasi anak-anak (pexels.com/Artem Podrez)

Kecerdasan emosional adalah kemampuan memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat dan positif. Keterampilan ini sama pentingnya dengan kemampuan akademik, bahkan menjadi fondasi penting bagi hubungan sosial dan kepercayaan diri anak. Menumbuhkan kecerdasan emosional bisa dimulai sejak dini, bahkan dari hal-hal kecil yang dilakukan sehari-hari di rumah.

Melalui interaksi sederhana dan konsisten, anak akan belajar mengenali emosinya dan memahami perasaan orang lain. Ini membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih sabar, pengertian, dan mudah beradaptasi. Berikut enam cara efektif meningkatkan kecerdasan emosional anak lewat aktivitas harian yang bisa kamu terapkan dengan mudah.


1. Ajak anak menyebut dan mengenali emosinya

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Timur Weber)

Saat anak menunjukkan emosi tertentu, bantu ia menamainya dengan kata-kata. Misalnya, “kamu sedih karena mainannya rusak, ya?” atau “wah, kamu kelihatan senang banget waktu ayah pulang.” Ini membantu anak mengaitkan perasaan dengan bahasa.

Semakin sering anak diajak mengidentifikasi emosinya, semakin ia paham dengan apa yang dirasakannya. Ini adalah langkah awal penting dalam kecerdasan emosional. Anak yang tahu cara mengenali emosi akan lebih mudah mengelolanya.


2. Gunakan buku cerita dan film sebagai cermin emosi

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Saat membaca buku atau menonton film bersama, ajukan pertanyaan seperti, “menurut kamu, si tokoh itu lagi merasa apa?” atau “kalau kamu jadi dia, kamu akan gimana?” Aktivitas ini membuat anak berpikir dari sudut pandang orang lain.

Kegiatan ini sangat efektif untuk melatih empati, yaitu kemampuan memahami perasaan orang lain. Anak belajar bahwa setiap orang bisa merasakan hal yang berbeda dalam situasi yang sama. Ini memperkuat kepekaan sosialnya.


3. Latih anak mengelola emosi lewat aktivitas sederhana

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Gunakan momen sehari-hari untuk melatih anak menenangkan diri saat sedang marah, kecewa, atau takut. Misalnya, ajarkan teknik menarik napas dalam, atau pergi ke sudut tenang sejenak. Bisa juga dengan menggambar atau menulis perasaan di kertas.

Dengan latihan ini, anak belajar bahwa emosi tidak harus diluapkan secara meledak-ledak. Ada cara sehat dan tenang untuk menghadapinya. Ini membangun kontrol diri dan ketahanan emosional sejak dini.


4. Berikan contoh ekspresi emosi yang sehat

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/MART PRODUCTION)

Anak sangat cepat meniru cara orang tua mengekspresikan emosi. Jika kamu bisa bicara dengan tenang saat kesal, mengakui perasaanmu, atau minta maaf jika salah, anak akan menyerap pola itu. Teladan lebih kuat daripada nasihat.

Saat anak melihat bahwa orang dewasa pun bisa mengelola emosi dengan bijak, ia akan merasa aman dan meniru cara yang sama. Ini mengajarkan bahwa emosi bukan sesuatu yang harus disembunyikan. Tapi bisa diungkapkan dengan cara yang tepat.


5. Ajarkan anak menyelesaikan konflik secara damai

ilustrasi orang tua dengan anak (pexels.com/Yan Krukau)

Ketika anak bertengkar dengan saudara atau teman, jangan langsung menyalahkan salah satu pihak. Ajak mereka untuk bercerita dari sudut pandangnya masing-masing, lalu dengarkan bersama-sama. Setelah itu, bantu mereka mencari solusi yang adil.

Langkah ini melatih anak untuk bernegosiasi, mendengar, dan menyelesaikan masalah tanpa kekerasan. Anak belajar bahwa konflik adalah bagian dari hidup, tapi bisa diatasi dengan kepala dingin dan hati terbuka. Ini memperkuat kemampuan sosial dan pengendalian diri.


6. Beri pujian pada perilaku emosional yang positif

ilustrasi memberi pujian pada anak (pexels.com/Yan Krukau)

Selain memuji prestasi akademik, jangan lupa beri apresiasi pada sikap positif anak secara emosional. Contohnya, “kamu hebat bisa sabar tadi waktu main,” atau “ibu bangga kamu bisa minta maaf ke adik.” Pujian ini menguatkan perilaku baik yang ingin ditanamkan.

Anak jadi merasa bahwa kesabaran, empati, dan pengendalian diri juga penting untuk diapresiasi. Ia akan lebih termotivasi untuk mengulang sikap positif tersebut. Ini menumbuhkan kecerdasan emosional yang kokoh dan tumbuh dari dalam dirinya sendiri.

Kecerdasan emosional bukan bawaan lahir, tapi bisa dilatih sejak anak masih kecil lewat kegiatan sehari-hari. Dengan membimbing anak mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosinya, kamu telah memberi bekal penting yang akan berguna sepanjang hidupnya. Anak yang cerdas secara emosional tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, peduli, dan tangguh dalam menghadapi dunia.



This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team