Video pendek kini menjadi bagian dari kehidupan digital sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. Kontennya cepat, menghibur, dan terus-menerus bergulir tanpa henti. Meski tampak tidak berbahaya, paparan video pendek secara berlebihan bisa membawa efek negatif yang serius terhadap perkembangan anak. Sayangnya, banyak orang tua yang belum menyadari dampak jangka panjangnya. Yuk, simak lima efek negatif video pendek pada anak yang sering diabaikan di bawah ini!
5 Efek Negatif Video Pendek pada Anak yang Jarang Disadari

Intinya sih...
Rentang konsentrasi anak menjadi pendek, sulit fokus dalam kegiatan yang membutuhkan konsentrasi jangka panjang
Mengganggu kemampuan berpikir kritis, sulit menganalisis informasi secara mendalam dan mempertanyakan informasi
Potensi terpapar konten yang tidak sesuai usia, bisa memengaruhi cara pandang anak terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya
1. Rentang konsentrasi anak jadi pendek
Video berdurasi singkat melatih otak anak untuk terbiasa menerima hiburan dan informasi dalam waktu singkat. Setiap kali mereka menonton, otak mendapatkan rangsangan instan yang memuaskan rasa penasaran dan keinginan untuk terhibur tanpa usaha. Ketika kebiasaan ini terus-menerus terjadi, anak jadi sulit mempertahankan fokus dalam kegiatan yang membutuhkan konsentrasi jangka panjang, seperti belajar, membaca buku, atau menyimak penjelasan guru.
Kondisi ini bisa berdampak pada performa akademis anak karena mereka mudah merasa bosan jika tidak mendapat rangsangan cepat seperti di video pendek. Akibatnya, mereka cenderung tidak sabar, cepat kehilangan fokus, dan sulit menyelesaikan tugas yang membutuhkan proses berpikir lebih dalam. Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu kemampuan kognitif anak secara keseluruhan.
2. Mengganggu kemampuan berpikir kritis
Anak-anak yang terbiasa menonton video pendek cenderung menerima informasi secara cepat dan sepotong-sepotong. Tanpa adanya konteks atau penjelasan yang utuh, mereka hanya menangkap bagian "menariknya" saja tanpa memahami isi secara menyeluruh. Ini membuat kemampuan mereka untuk berpikir kritis, menganalisis, dan mempertanyakan informasi menjadi lemah.
Padahal, berpikir kritis adalah keterampilan penting dalam menyaring informasi, terutama di era digital yang penuh hoaks dan manipulasi visual. Jika sejak kecil anak tidak terbiasa melatih kemampuan berpikir mendalam, mereka akan tumbuh dengan pola pikir yang dangkal dan mudah percaya pada informasi tanpa dasar. Ini tentu berisiko tinggi di masa depan ketika mereka sudah mulai bersosialisasi lebih luas dan harus mengambil keputusan sendiri.
3. Potensi terpapar konten yang tidak sesuai usia
Salah satu risiko besar dari platform video pendek adalah algoritma yang tidak selalu bisa menyaring konten sesuai usia dengan sempurna. Anak-anak bisa saja secara tidak sengaja, atau bahkan karena rasa penasaran, terpapar konten dengan muatan yang tidak sesuai umur mereka, seperti kata-kata kasar, body shaming, kekerasan verbal, bahkan tren yang mengandung unsur seksual terselubung.
Paparan terhadap konten semacam ini bisa memengaruhi cara pandang anak terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Mereka bisa mulai menormalisasi perilaku negatif, merasa tidak percaya diri karena standar kecantikan yang mereka lihat, atau bahkan meniru kata-kata kasar yang dianggap "keren" oleh kreator video. Tanpa pendampingan orang tua, anak bisa kehilangan batas antara mana yang baik ditiru dan mana yang tidak pantas.
4. Pola tidur terganggu
Banyak anak dan bahkan orang dewasa memiliki kebiasaan menonton video pendek menjelang tidur karena dianggap menyenangkan atau menenangkan. Padahal, kebiasaan ini justru berisiko tinggi mengganggu pola tidur mereka. Paparan blue light dari layar gadget dapat menurunkan produksi melatonin, yaitu hormon yang membantu tubuh bersiap untuk tidur. Akibatnya, anak jadi sulit mengantuk meski sudah lelah secara fisik.
Selain itu, konten yang cepat dan terus berganti membuat otak anak tetap aktif, sehingga mereka tidak benar-benar 'tenang' saat hendak tidur. Efeknya bisa berupa susah tidur, tidur tidak nyenyak, hingga mimpi buruk. Pola tidur yang terganggu tentu akan berdampak pada kondisi fisik dan psikis anak keesokan harinya. Mereka jadi lebih mudah marah, lesu, sulit fokus, bahkan kehilangan nafsu makan.
5. Meniru perilaku negatif dari tren
Satu hal yang perlu diingat yaitu anak-anak adalah peniru yang sangat cepat belajar dari apa yang mereka lihat. Ketika mereka sering menonton video pendek dengan konten berupa tantangan aneh, gaya bicara kasar, atau candaan yang melecehkan, mereka bisa menirunya tanpa memahami bahwa perilaku tersebut tidak pantas. Apalagi jika konten tersebut viral dan mendapat banyak perhatian, anak akan menganggap bahwa tindakan tersebut sah-sah saja dilakukan.
Tanpa arahan dari orang tua atau pendampingan yang tepat, anak bisa meniru berbagai tren negatif yang sebetulnya bertentangan dengan nilai-nilai positif yang sedang kita tanamkan. Bahkan, beberapa tren bisa membahayakan diri sendiri, seperti tantangan fisik ekstrem atau prank berlebihan. Dalam jangka panjang, anak bisa tumbuh dengan pola pikir impulsif dan mencari validasi dari hal-hal instan.
Video pendek memang punya daya tarik yang tinggi dan tidak bisa sepenuhnya dihindari, apalagi di zaman serba digital seperti sekarang. Jadi, yuk lebih bijak lagi dalam dampingi anak saat bersentuhan dengan dunia digital!