Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak tantrum (pexels.com/Keira Burton)

Tantrum pada anak ditandai dengan kemarahan secara verbal maupun tindakan mengamuk. Ini bisa terjadi di mana saja, gak cuma di rumah melainkan juga di berbagai tempat umum. Menghadapi anak tantrum memang membutuhkan banyak kesabaran. Namun, sabar saja tidak cukup untuk ke depannya mengurangi apalagi menghentikan kebiasaan anak mengamuk.

Saran yang cukup sering diberikan saat anak tantrum adalah orangtua mendekat dan mengekspresikan kasih sayang, seperti dengan memeluk atau menggendongnya. Namun, justru kerap kali strategi ini gak bekerja dengan baik atau hanya berhasil satu atau dua kali, tapi besok-besok anak malah tambah sering mengamuk.

Memukul dan membentak-bentak anak jelas bukan solusi untuk mengatasi tantrum tanpa menimbulkan trauma dalam dirinya. Namun, kecenderungan sikap orangtua yang menjadi lebih peduli bahkan memanjakan anak ketika ia mengamuk juga buruk. Berikut penjelasan kenapa ekspresi kasih sayang orangtua malah memperbesar energi anak yang lagi tantrum.

1. Anak mendapatkan penguatan positif atas perilaku negatifnya

ilustrasi menenangkan anak (pexels.com/William Fortunato)

Apa pun penyebabnya, marah-marah sampai mengamuk adalah tindakan yang negatif. Walaupun anak belum memahami ini, orangtua harus dengan tegas menggolongkan perilaku ini dalam kategori tidak boleh menjadi kebiasaan. Perilaku negatif ini mesti dihentikan.

Namun dengan orangtua menimang-nimangnya saat tantrum justru tak ubahnya penguatan atau imbalan untuk perilaku yang buruk tersebut. Semua anak senang digendong dan dipeluk oleh orangtua walau ia sempat meronta. Di mana ada imbalan, di situ anak akan terus menunjukkan perilaku yang serupa. 

Alhasil, anak cuma tenang buat sementara dan besok-besok kembali tantrum. Jika kamu ingin anak mengerti bahwa ia tidak boleh mengulangi tindakannya, berikan hukuman. Punishment ini mesti terukur dan tidak berbahaya untuk anak. Cukup dengan kamu tidak segera memberinya pelukan.

Alih-alih cepat-cepat mendekati anak, dari jarak yang cukup kamu bisa bertanya apakah ia ingin dipeluk? Jika iya, sampaikan bahwa dirimu baru akan memeluknya setelah dia berhenti menangis. Ini memang memerlukan kekuatan hati orangtua. Namun, efektif untuk membalik pola keliru yang selama ini diterapkan. Reward berupa pelukan diberikan jika anak dapat menenangkan dirinya, bukan malah saat perilakunya buruk.

2. Berhasil menarik perhatian orangtua membuatnya senang

Editorial Team

EditorInaf Mei

Tonton lebih seru di