Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/azerbajian)
ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/azerbajian)

Intinya sih...

  • Menjadi teman diskusi yang hangat dan terbuka bagi anak perempuan dalam menghadapi ketertarikan pada lawan jenis.

  • Memberikan pemahaman tentang cinta yang sehat, komunikasi, dan pentingnya memilih pasangan yang baik secara karakter.

  • Menjadi contoh figur pria yang menghargai perempuan, memberikan edukasi seksualitas dengan bahasa realistis, serta menjadi sumber validasi dan rasa aman bagi anak.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Masa remaja adalah fase penting dalam perkembangan seorang anak, termasuk dalam hal emosi, identitas diri, dan ketertarikan seksual. Ketika anak perempuan mulai memasuki fase ini, peran orang tua, terutama ayah, menjadi sangat krusial. Sayangnya, banyak ayah merasa canggung atau tidak tahu harus berbuat apa ketika anak perempuannya mulai menunjukkan tanda-tanda ketertarikan pada lawan jenis.

Ayah bukan hanya sebagai pencari nafkah atau figur otoritas di rumah. Lebih dari itu, ayah memiliki peran emosional yang dapat membentuk kepercayaan diri anak perempuan dan cara ia melihat dunia, termasuk dalam memahami relasi romantis dan seksual. Berikut ini adalah lima peran penting ayah yang perlu dijalankan saat anak perempuan mulai mengenal cinta dan ketertarikan secara seksual.

1. Teman diskusi

ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/azerbajian)

Anak perempuan yang mulai mengalami ketertarikan terhadap lawan jenis biasanya memiliki banyak pertanyaan dan kebingungan. Jika ayah mampu menjadi tempat yang aman untuk berbagi dan berdiskusi, maka anak tidak akan merasa perlu mencari informasi dari sumber yang tidak bisa dipercaya. Peran ayah di sini adalah membuka komunikasi yang hangat tanpa menghakimi atau membuat anak merasa bersalah atas perasaan yang alami tersebut.

Bersikap terbuka dan tidak mengintimidasi anak akan membuatnya merasa nyaman untuk menceritakan pengalaman maupun kekhawatirannya. Ketika anak merasa didengarkan dan dihargai, maka ia akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri dalam menyikapi perasaannya dan mampu mengambil keputusan yang sehat dalam hubungan di masa depan

2. Memberikan pemahaman tentang cinta yang sehat

ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/azerbajian)

Banyak anak remaja mempelajari konsep cinta dan hubungan dari media sosial, drama, atau lingkungan sekitar yang belum tentu memberi contoh yang benar. Di sinilah peran ayah sangat penting untuk memberikan pemahaman mengenai cinta yang sehat, termasuk pentingnya saling menghormati, komunikasi, dan batasan pribadi. Ayah perlu menjelaskan bahwa cinta sejati bukan hanya tentang perasaan senang, tapi juga tanggung jawab dan kedewasaan.

Dengan membimbing anak secara perlahan, ayah dapat membantu anak perempuan menghindari relasi yang toksik atau manipulatif. Ini juga menjadi momen untuk memperkuat nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam keluarga, seperti menghargai diri sendiri, tidak tergesa-gesa dalam hubungan, dan pentingnya memilih pasangan yang baik secara karakter.

3. Menjadi contoh figur pria yang menghargai perempuan

ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/azerbajian)

Cara terbaik ayah untuk membentuk pandangan anak terhadap hubungan adalah dengan menjadi contoh nyata. Bagaimana ayah memperlakukan ibunya, menyelesaikan konflik, dan menghargai perbedaan pendapat akan menjadi cermin bagi anak dalam memahami hubungan yang sehat. Jika seorang ayah memperlihatkan sikap penuh rasa hormat dan empati terhadap perempuan, anak akan belajar bahwa itulah standar yang layak ia terima dalam relasi.

Keteladanan ini lebih kuat dari nasihat verbal semata. Anak perempuan yang melihat ayahnya sebagai figur laki-laki yang bertanggung jawab dan penuh kasih akan lebih cenderung menghargai dirinya sendiri dan tidak mudah terjebak dalam hubungan yang menyakitkan. Ia akan tahu bahwa cinta bukan berarti harus mengorbankan martabat atau kebebasan dirinya.

4. Memberikan edukasi dengan bahasa yang realistis

ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/azerbajian)

Sering kali orang tua—termasuk ayah—menghindari pembicaraan seputar seksualitas karena merasa tabu atau takut membuka “pintu dosa”. Padahal, anak-anak zaman sekarang justru sangat membutuhkan edukasi yang benar, jujur, dan realistis tentang tubuh, perasaan, serta konsekuensi dari hubungan seksual. Ayah tidak perlu menakut-nakuti anak dengan ancaman atau larangan keras, tapi cukup memberikan informasi secara ilmiah dan empatik.

Dengan pendekatan yang penuh pengertian, anak perempuan akan lebih memahami batasan dan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Ia akan belajar membuat keputusan berdasarkan pemahaman yang baik, bukan karena rasa takut atau tekanan sosial. Peran ayah di sini bukan sebagai “polisi” keluarga, tetapi sebagai pembimbing yang menuntun anak menuju kedewasaan emosional dan seksual.

5. Menjadi sumber validasi dan rasa aman

ilustrasi ayah dan anak (freepik.com/azerbajian)

Saat anak perempuan mengalami patah hati pertama, cinta bertepuk sebelah tangan, atau dilema perasaan, ia butuh sosok yang bisa menguatkan tanpa menghakimi. Ayah yang hadir secara emosional akan menjadi pelindung yang tidak hanya menjaga secara fisik, tetapi juga secara mental.

Validasi dari ayah juga akan membentuk kepercayaan diri anak dalam membangun relasi. Ia tidak akan mudah mencari perhatian atau pengakuan dari pihak luar secara sembarangan karena sudah merasa cukup dari figur laki-laki pertama dalam hidupnya—ayahnya sendiri.

Fase anak perempuan mengenal cinta dan ketertarikan seksual bukanlah hal yang harus ditakuti oleh ayah, melainkan momen penting untuk semakin mendekatkan diri dan membangun hubungan yang lebih kuat. Alih-alih menarik diri, ayah justru perlu hadir sebagai pembimbing, pelindung, dan sahabat yang bisa dipercaya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team