Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Kak Ros dalam episode “Duit Simpanan” di serial Upin dan Ipin
Potret Kak Ros dalam episode “Duit Simpanan” di serial Upin dan Ipin. (youtube.com/Les’ Copaque Production)

Intinya sih...

  • Menetapkan aturan yang ketat dan jelas untuk Upin dan Ipin agar tumbuh mandiri dan bertanggung jawab.

  • Menggunakan hukuman sebagai alat disiplin, baik fisik maupun verbal, untuk menanamkan kedisiplinan sejak dini.

  • Menanamkan rasa takut agar Upin dan Ipin patuh terhadap perintah Kak Ros, serta menekankan kepatuhan tanpa kompromi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kak Ros dalam serial animasi anak Upin dan Ipin merupakan tokoh penting yang mampu menghidupkan setiap alur cerita. Kakak dari si kembar Upin dan Ipin ini dikenal karena sifatnya yang tegas dan galak. Kak Ros juga digambarkan sebagai perempuan tangguh dan serba bisa.

Di usia yang masih muda, ia bukan hanya berkutat dengan rutinitas sekolah, tapi juga berusaha mencari penghasilan sembari mengurus keluarga kecilnya, yakni Upin, Ipin, dan Opah (nenek mereka). Sebagai anak pertama yang kehilangan kedua orangtua, keadaan menuntut Kak Ros untuk tumbuh dewasa lebih cepat dari seharusnya.

Karena memiliki dua adik kembar yang masih kecil, mau tak mau Kak Ros memegang peran ganda, yakni sebagai kakak dan orangtua. Dalam keseharian, Kak Ros pun mendidik Upin dan Ipin dengan caranya sendiri guna memastikan mereka tumbuh menjadi anak yang sopan, mandiri, sekaligus bertanggung jawab.

Gak jarang juga penonton menyoroti gaya pengasuhan Kak Ros yang cenderung tegas dan sedikit keras. Banyak netizen menyebut, pola asuh Kak Ros merujuk pada parenting VOC, yaitu pendekatan yang menekankan kedisiplinan, aturan ketat, serta kepatuhan tanpa kompromi. Lantas, seperti apa gaya parenting VOC ala Kak Ros yang bikin Upin dan Ipin auto mandiri? Yuk, simak ulasannya bersama!

1. Menetapkan aturan yang ketat dan jelas

Potret Kak Ros dalam episode “Perangi Rasuah” di serial Upin dan Ipin. (youtube.com/Les’ Copaque Production)

Di banyak episode Upin dan Ipin yang menampilkan aktivitas mereka di rumah, gak jarang kamu melihat Kak Ros menetapkan aturan ketat dan jelas untuk kedua adiknya. Sebagai contoh, Upin Ipin harus bangun pagi, mandi dua kali sehari, makan apa yang tersedia, menyelesaikan PR sebelum bermain, serta pulang ke rumah sebelum petang tiba.

Gak cuma itu, Kak Ros juga memberlakukan jam malam, di mana Upin dan Ipin harus tidur sebelum pukul sembilan malam. Walau sekilas tampak otoriter, jika diperhatikan dengan saksama, peraturan yang diberlakukan Kak Ros sebenarnya masih tergolong wajar. Anak-anak seusia Upin dan Ipin memang butuh batasan yang jelas agar terbiasa hidup mandiri, menjaga kebersihan, dan memahami tanggung jawab sederhana dalam keseharian mereka.

2. Menggunakan hukuman sebagai alat disiplin

Potret Upin dan Ipin dalam episode "Bahaya Jerebu" di serial Upin & Ipin. (youtube.com/Les' Copaque Production)

Kalau kamu melihat serial Upin dan Ipin episode “Kisah Dua Malam”, “Kembara Kecil-kecilan”, dan “Abang atau Kakak”, diceritakan bahwa Kak Ros begitu kesal dengan tingkah Upin dan Ipin yang kerap berulah, mulai dari bermain di sungai, membiarkan mainan berserakan di segala tempat, hingga asyik bermain di luar sampai lupa waktu.

Walaupun sebagian penonton menganggap kenakalan Upin dan Ipin adalah hal yang wajar. Namun, tidak bagi Kak Ros. Menurutnya, kedisiplinan perlu ditanamkan sejak dini. Justru ketika masih kecil, seseorang harus diajarkan bagaimana cara bertanggung jawab, mandiri, dan mengenal batasan mengenai apa yang boleh serta tidak boleh dilakukan.

Itu sebabnya, Kak Ros tak segan menggunakan hukuman sebagai alat disiplin, baik itu hukuman fisik seperti menjewer telinga Upin dan Ipin serta menyuruh mereka membersihkan rumah, dan menerapkan hukuman verbal dengan menegur secara langsung adik-adiknya apabila melanggar aturan.

3. Menanamkan rasa takut

Cuplikan serial Upin dan Ipin episode “Bijak Sifir” (youtube.com/Les’ Copaque Production)

Gaya parenting VOC ala Kak Ros juga tampak jelas di beberapa episode lain. Bukan hanya menggunakan hukuman sebagai konsekuensi, tetapi Kak Ros juga menanamkan rasa takut agar Upin dan Ipin patuh terhadap perintahnya. Misal, dalam episode “Berkebun”, Kak Ros mengancam tidak akan memberi izin bermain di luar kalau tugas membantu Opah menanam sawi di kebun belakang belum mereka selesaikan.

Selain itu, pada episode “Kembara Kecil-kecilan”, Kak Ros menegaskan bahwa Upin dan Ipin tidak boleh keluar kamar sebelum membereskan mainan sampai rapi. Meski banyak netizen menganggap perilaku Kak Ros cenderung berlebihan, namun siapa sangka cara ini ampuh membuat Upin dan Ipin mematuhi perintahnya.

4. Menekankan kepatuhan tanpa kompromi

Potret Kak Ros dalam episode “Bahaya Jerebu” di serial Upin dan Ipin. (youtube.com/Les’ Copaque Production)

Menekankan kepatuhan tanpa kompromi bisa berarti menerapkan peraturan ketat pada anak tanpa kesempatan untuk berdiskusi. Gaya parenting ala VOC ini juga sering diaplikasikan Kak Ros kepada Upin dan Ipin.

Kamu mungkin memperhatikan Kak Ros yang sering mengeluarkan kalimat perintah singkat, seperti “Sudah, Diam!”, “Tak perlu banyak cakap, cepat!”, atau “Buat sekarang!” tanpa memberi penjelasan panjang kepada adik-adiknya. Gaya komunikasi yang lugas ini menunjukkan bagaimana Kak Ros menekankan sikap disiplin, terutama saat Upin dan Ipin mulai sulit diatur.

5. Menunjukkan kepedulian secara tidak langsung

Potret Kak Ros dalam episode “Cari dan Simpan” di serial Upin dan Ipin. (youtube.com/Les’ Copaque Production)

Salah satu ciri parenting VOC adalah minim dukungan emosional. Namun di banyak episode, meskipun Kak Ros sering memarahi Upin dan Ipin, ia tetap menunjukkan kepedulian dan perhatiannya walau tidak secara langsung. Mulai dari menyiapkan makanan, merawat Upin dan Ipin saat sakit, hingga membantu menyelesaikan PR mereka.

Kak Ros juga selalu menasihati adik-adiknya agar meminta maaf jika berbuat salah, bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat, menolong orang lain yang sedang kesulitan, dan masih banyak nasihat positif lainnya. Semua ini dilakukan Kak Ros bukan serta merta memenuhi tanggung jawab sebagai seorang kakak, melainkan sebagai wujud kasih sayang yang tulus terhadap adik-adiknya.

Gaya parenting VOC memang sering menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Namun tak bisa dimungkiri, pola pengasuhan ini juga memberi dampak positif pada anak dalam jangka pendek, seperti menjadikan anak tumbuh lebih tangguh terhadap tekanan, cenderung menghormati figur orangtua, dan mematuhi aturan tanpa membantah. Kendati demikian, penting diingat, kewajiban orangtua bukan sebatas mendidik anak, melainkan juga memberi dukungan emosional secara penuh, mencurahkan kasih sayang, serta menyediakan ruang yang aman untuk mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team