Ilustrasi seorang ayah dan seorang anak laki-laki (Pexels.com/Pavel Danilyuk)
Beberapa orang tua menghindari memberi konsekuensi karena merasa itu sama saja dengan menghukum. Padahal, anak justru belajar dari konsekuensi yang konsisten dan adil. Tanpa konsekuensi, anak tidak memahami dampak dari tindakannya, dan ini bisa terbawa hingga dewasa.
Konsekuensi dalam gentle parenting bukan hukuman yang menyakitkan, melainkan tanggung jawab alami dari pilihan yang dibuat. Misalnya, jika anak menumpahkan mainan, ia belajar bertanggung jawab dengan membereskan bersama. Kamu tetap bisa membimbing dengan kasih sayang, sambil menunjukkan bahwa setiap tindakan memiliki akibat.
Gentle parenting bukan tentang menjadi orang tua yang selalu menyenangkan, tapi tentang menjadi dewasa yang sadar akan dampaknya. Menjadi lembut tidak berarti kehilangan arah. Justru di balik kelembutan itu, dibutuhkan keberanian untuk hadir secara penuh—dengan batasan yang jelas, konsistensi yang hangat, dan bimbingan yang kuat. Kalau kamu merasa pernah terjebak dalam salah satu kesalahan di atas, itu bukan akhir. Ini justru titik awal untuk bertumbuh bersama anak, dengan cara yang lebih jujur, matang, dan bijaksana.