Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pixabay.com

Artikel ini merupakan karya tulis peserta kompetisi storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu" yang diselenggarakan oleh IDNtimes dan Semen Gresik. 


Kenyataan itu terlalu dini untuk menghampiri...

Hanya beberapa jam setelah Natal 2015,  Mama di usia 60 tahun menghembuskan napas terakhirnya karena kanker paru-paru yang sudah menyebar di dalam tubuhnya. Saat itu aku masih berusia 24 tahun dan aku belum memberikan apa-apa untuk beliau.

Mama adalah sosok kokoh tak tertandingi yang sangat melindungi anaknya.

wedbook.pl

Aku adalah anak ketiga dari empat bersaudari. Perbedaan umurku dengan kakakku yang paling besar hanya tiga tahun. Ini berarti ketika kami bersekolah, Mama mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk kami.

Mama hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga dan Papa adalah seorang Dosen. Untuk menghidupi kami, Mama sangat berhemat. Karena begitu hematnya, Mama sangat jarang ke luar rumah kecuali ke pasar. Terkadang Mama memberikan kami makanan yang enak, sedangkan dia hanya memakan sisa makanan kami.

Mama tidak punya teman dekat, waktu luangnya tidak digunakan untuk berteman dengan tetangga, tetapi waktunya digunakan untuk menjahit. Beliau sangat suka sekali menjahit tas kecil dan menambal bajunya yang berlubang.

Dari kecil hingga SMA, kami hidup bersama orang tua di Pontianak. Hingga tiba saatnya kuliah, kami merantau ke Yogya. Selama empat tahun berkuliah, aku jarang bisa pulang karena harga tiket pesawat yang mahal. Mama pun hanya bisa menahan rindu dan jarang mengunjungi kami di Yogya demi mencukupi biaya kuliah kami bertiga dan adikku yang masih SMA.

Mama sangat mendukung pendidikanku, dia sangat bangga padaku.

Editorial Team

Tonton lebih seru di