Memulihkan Luka Batin dan Trauma Anak dari Orangtua yang Berselingkuh

Perselingkuhan yang dilakukan orangtua ternyata memiliki kaitan erat dengan kondisi psikologis anak. Momen yang kurang menyenangkan tersebut, dapat menimbulkan trauma dan menciptakan luka batin, bahkan berpengaruh pada sifatnya di masa depan.
Psikolog anak, remaja, dan keluarga Efnie Indrianie mengungkapkan beberapa hal terkait perselingkuhan yang terjadi dalam keluarga. Dampak, cara pemulihan, dan apa saja yang harus dihindari dijelaskan Efnie secara lebih lanjut dalam artikel ini.
1. Trauma pada anak muncul karena pertengkaran orangtua yang intensif
Setelah salah satu pasangan mengetahui pengkhianatan yang dilakukan partner, suasana di rumah akan menjadi kurang nyaman. Bentuknya dapat berbeda pada beberapa keluarga. Misalnya, terjadi pertengkaran yang intens, suasana canggung karena perang dingin, dan lain sebagainya.
Bagaimana orangtua merespons permasalahan yang dihadapinya, sangat berpengaruh dengan sikap anak menghadapi problem tersebut. Disampaikan Efnie, apabila orangtua bisa bersikap bijak, guncangan emosional yang dihadapi anak akan lebih kecil daripada mereka yang melakukan pertengkaran secara terus-menerus. Ini karena kata-kata yang diucapkan akan terekam dan memicu trauma tersendiri bagi anak-anak.
"Untuk anak-anak, tergantung dari sikap dan perilaku orangtua. Seandainya orangtua cukup bisa menyimpan problem mereka, mereka berperilaku biasa-biasa saja di hadapan anak-anak, hal ini akan fine. Tapi, biasanya untuk anak-anak, yang bikin mereka trauma adalah pertengkaran yang intensif, yang dilakukan oleh kedua orangtua dan itu diketahui, didengar, bahkan terkadang dilihat oleh anak-anaknya," jelas Efnie.