Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bersama saudara (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Keberhasilanmu menjadi pembicaraan di keluarga dan membuat saudara muak

  • Perbandingan dengan saudara yang merasa dinilai rendah dan tak berharga

  • Saudara tidak percaya kamu bisa sukses karena tidak menonjol sejak kecil

Gak semua orang akan ikut berbahagia saat kamu bahagia. Orang yang malah cemberut saat ada kabar baik tentangmu juga tak terbatas pada musuhmu. Bahkan saudara baik kandung, ipar, tiri, maupun sepupu juga bisa merasa tidak nyaman.

Sekalipun dirimu sama sekali gak pamer, tampaknya keberhasilanmu mengganggu saudara. Responsnya menjadi kurang menyenangkan. Dia mungkin mencibir pencapaianmu atau berusaha mengubah rasa banggamu menjadi tak percaya diri.

Kamu memang tidak berharap ucapan selamat dari semua orang. Akan tetapi, raut wajah saudara yang mendadak dingin pun sudah membuatmu merasa gak enak. Penasaran apa yang membuat saudara jealous dengan keberhasilanmu? Berikut kemungkinannya.

1. Pencapaianmu terus menjadi pembicaraan di keluarga

ilustrasi kumpul keluarga (pexels.com/Nguyen Ngoc Tien)

Sesuatu yang awalnya memantik rasa antusias lama-lama juga bisa bikin bosan. Apalagi kalau kabar itu tidak berguna langsung untuk seseorang. Seperti keberhasilanmu dalam suatu hal yang terus menjadi perbincangan hangat dalam keluarga.

Di meja makan misalnya, orangtua membicarakannya. Dirimu menjadi bintang meja makan. Di antara jeda iklan siaran televisi, pencapaianmu lagi-lagi dibahas. Di grup WA keluarga, obrolan tentang hal tersebut bisa berlanjut sampai berhari-hari.

Bila ada saudara atau tetangga datang ke rumah, cerita kesuksesanmu kembali diputar. Padahal, itu sudah terjadi beberapa hari bahkan beberapa bulan yang lalu. Perasaan saudara yang semula netral da ikut senang bisa berubah menjadi muak.

2. Ada orang yang getol membandingkan kalian

ilustrasi bersama saudara (pexels.com/Pamu)

Perbandingan selalu menjadi hal yang tidak menyenangkan. Terutama bagi seseorang yang bakal dinilai lebih rendah daripada kamu. Ada perasaan malu, tak berharga, serta dianggap gak bisa apa-apa. Contohnya, kamu berhasil mendapatkan pekerjaan dengan cepat.

Dia juga sebetulnya telah bekerja. Bahkan barangkali lebih awal daripada dirimu. Bedanya, kamu memperoleh pekerjaan di bulan yang sama dengan saat wisuda. Sementara ia baru bekerja setelah menganggur cukup lama.

Cerita masa lalunya itu terus saja diungkit dan dibandingkan dengan keberuntunganmu. Sekalipun semua itu fakta, saudaramu menjadi merasa dinilai payah. Tak sepertimu yang hebat karena tidak sempat mengalami masa menganggur yang panjang.

3. Kenal sejak kecil, dia gak percaya kamu bisa

ilustrasi bersama saudara (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kamu mengejutkan semua orang dengan pencapaianmu. Ada perbedaan ketika orang sudah tahu potensimu dengan sama sekali tak menduganya. Walaupun dirimu dan saudara bersama-sama sejak kecil, mungkin di matanya kamu biasa-biasa saja.

Dirimu bukan tipe orang yang menonjol dalam hal apa pun. Kamu pun tidak menunjukkan minat yang terlampau kuat di suatu bidang. Saat akhirnya kamu sukses dengan sesuatu, perasaannya lebih pada meragukan.

Lain dengan seandainya sejak kamu kecil memang sudah memperlihatkan minat, bakat, serta konsistensi di suatu bidang. Sekalipun saat itu prestasimu belum seberapa, saudara dapat yakin suatu saat dirimu bakal meraih keberhasilan besar. Namun, dengan pembawaanmu yang malah santai seperti tak punya target apa-apa bikin dia iri.

4. Sebelumnya sudah ada benih kebencian

ilustrasi bersama saudara (pexels.com/Qasim Ali)

Benih kebencian seperti tanaman yang akan membesar bila disiram. Namun, bukan siraman air yang dibutuhkannya melainkan kabar keberhasilanmu. Rasa benci ini tak selalu urusan personal antara dia dengan kamu. Dapat pula kebencian itu diwariskan oleh orangtuanya.

Seperti om atau tantemu mungkin ada masalah dan gak suka dengan orangtuamu. Seharusnya apa pun persoalannya cukup di antara mereka saja. Namun, mereka kemudian malah membenci juga keponakan-keponakannya.

Kalau kamu ingin tidak terganggu, berusahalah menyimpan kabar keberhasilan untuk keluarga inti yang bisa jaga rahasia. Jangan malah kabar baik itu sengaja diberitahukan pada saudara yang sejak lama sudah gak suka. Mereka bukannya menjadi lebih respek ke kamu, malah tambah benci.

5. Hidupnya sedang tidak baik-baik saja

ilustrasi bersama saudara (pexels.com/marquis Qi)

Kondisi kehidupan saudaramu juga memengaruhi cara pandangnya terhadap segala hal. Ketika hidupnya aman bahkan dia punya banyak pencapaian, kabar keberhasilanmu sama sekali tak terasa mengganggu. Mungkin ia malah menjadi orang pertama yang kasih ucapan selamat.

Akan tetapi, saat hidupnya tidak baik-baik saja berita pencapaianmu membuatnya makin merasa buruk. Dia merasa gak berkompeten dan kalah darimu. Kepercayaan dirinya kian tak bersisa. Optimisme sepenuhnya berubah menjadi pesimisme.

Sekalipun kamu tak menyombongkan diri di hadapannya, keberhasilanmu tetap bikin dia gak nyaman. Contohnya, keberhasilanmu ialah sidang pendadaranmu lancar. Sedang sidangnya mesti diulang. Dia yang seharusnya bisa lulus bersamamu terpaksa cuma menjadi penonton kebahagiaanmu.

Saudara jealous dengan keberhasilanmu tidak mengurangi pencapaian itu sendiri. Hanya saja memang bisa membuatmu merasa serba salah. Masa kamu tak boleh merayakannya setelah bekerja keras demi menjaga perasaan orang? Boleh, kok, tapi perayaannya sederhana saja dan cukup dengan keluarga yang dipastikan gak bakal iri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team