ilustrasi orangtua menasihati anak (pexels.com/gabbyk)
Perilaku kekerasan pada anak-anak dan remaja dapat mencakup berbagai perilaku, seperti ledakan kemarahan, agresi fisik, pertikaian, ancaman atau upaya untuk melukai orang lain. Sangat memprihatinkan jika ledakan emosi tersebut membahayakan bagi anak atau orang lain.
Sering kali, orang tua yang menyaksikan perilaku tersebut hanya khawatir dan berharap bahwa tindakan ini akan berkurang atau hilang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut American Academy Of Child and Adolescent Psychiatry, perilaku kekerasan anak pada segala usia harus selalu dianggap serius. Hal tersebut tidak boleh dengan cepat diabaikan atau diwajarkan.
Hal ini karena perilaku kekerasan dapat memiliki dampak serius pada anak dan orang-orang di sekitarnya. Kondisi tersebut pun perlu mendapatkan perhatian serta tindakan yang tepat untuk mencegahnya atau mengatasinya. Jadi, reaksi terhadap perilaku kekerasan harus proaktif dan tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang bisa hilang dengan sendirinya.
"Ketika seorang anak mulai menggunakan tindakan fisik yang agresif atau berpotensi membahayakan orang lain atau diri mereka sendiri, maka mengabaikannya bukanlah reaksi yang bijak. Mengabaikan perilaku tersebut dapat mengakibatkan cedera atau bahaya bagi semua pihak yang terlibat. Tempatkan anak dalam lingkungan yang aman, di mana mereka tidak dapat mengakses atau menciderai orang lain," kata Vasco Lopes, PsyD, seorang psikolog klinis, dilansir Child Mind Institute.