Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ibu menemani anak belajar (pexels.com/Julia M Cameron)

Tiger parenting adalah gaya pengasuhan yang kuno dan keras. Secara umum, gaya pengasuhan ini adalah tentang mendorong anak-anak untuk berprestasi di sekolah dan mencapai banyak hal di usia muda. Tentu saja, tujuannya menyiapkan individu yang sukses di kemudian hari.

Sekilas terdengar baik, tapi apa yang dilakukan tiger mom dalam tiger parenting ini tidak baik karena menerapkan cara yang ekstrem hingga memengaruhi mental anak secara negatif.

Kamu mungkin jadi khawatir apakah selama ini kamu termasuk seorang tiger mom? Untuk menjawab kebimbanganmu, di bawah ini akan dipaparkan beberapa ciri dari tiger mom yang dirangkum dari laman YourStory dan Babygaga. Jika ciri ini ada pada dirimu, segera perbaiki, ya!

1. Kamu sangat kompetitif

ilustrasi ibu menemani anak belajar (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Ada orang yang memang sangat kompetitif. Orang seperti ini menggunakan hidupnya untuk mencoba menjadi lebih baik daripada orang lain. Baiklah, menjadi sangat kompetitif adalah sifat yang baik jika kamu ingin memenangkan suatu perlombaan. Namun, terlalu kompetitif adalah karakter yang buruk jika itu terlibat ke setiap interaksi dalam hidup, termasuk hubungan dengan anak-anak.

Jika orangtua bersikap sangat kompetitif, ini kemungkinan menjadi tanda bahwa orangtua tersebut telah menjadi tiger mom. Orangtua ini ingin anak-anak mereka menjadi yang terbaik.

Tiger mom sangat menikmati setiap kemenangan yang diraih anak-anaknya, dan merasa hampa ketika anak-anaknya kalah atau tidak menjadi yang terbaik. Dan, itu juga bukan hal yang baik bagi anak. Anak mungkin jadi sering cemas karena takut tidak mampu menjadi yang terbaik seperti yang diharapkan orangtua.

2. Kamu banyak membuat aturan

ilustrasi orangtua dan anak sedang berbicara (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Tiger mom cenderung senang membuat aturan yang kaku dan ketat. Orangtua ini menetapkan begitu banyak aturan sehingga mereka kesulitan menerapkan semuanya.

Lebih lanjut, ketidakmampuan menerapkan aturan membuat tiger mom menjadi frustrasi dan melampiaskannya pada anak-anak. Poin yang diperdebatkan di sini adalah, apakah kamu sebagai orangtua juga mengikuti aturan yang kamu terapkan pada anak-anak?

3. Semua yang anak lakukan hanya belajar dan bekerja, tanpa bermain

ilustrasi anak sedang belajar (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kamu menetapkan begitu banyak rutinitas yang kaku dan semuanya adalah tentang belajar dan bekerja. Akibatnya, anak-anak sama sekali tidak punya waktu untuk bersenang-senang.

Yang lebih mengkhawatirkan, anak-anak bisa jadi tidak memiliki teman karena mereka takut pada sikap otoriter orangtua dan tidak punya waktu untuk bermain bersama anak lain. Juga, ini mungkin membuat anak rentan mengalami burnout karena mereka tidak memilki hobi dan aktivitas yang bisa membuat mereka bahagia.

4. Terlalu memantau anak-anak dan tidak membiarkan mereka memiliki kebebasan

ilustrasi orangtua sedang memarahi anak (pexels.com/Monstera)

Tiger mom bukan hanya menetapkan banyak aturan ketat dan kaku, tapi juga melakukan pengawasan yang luar biasa pada anak-anak. Mereka jadi seolah tidak memiliki kebebasan menikmati hidup mereka.

Ini adalah metode pengasuhan yang ekstrem dan tidak baik. Ini mungkin akan membuat anak merasa bahwa kerja keras mereka tidak menghasilkan kesenangan.

5. Menggunakan ancaman setiap saat

ilustrasi orangtua dan anak sedang berbicara (pexels.com/Zen Chung)

Tiger mom tidak akan segan-segan menggunakan ancaman untuk membuat anak menuruti kata-kata orangtua. Ancaman ini tidak selalu bersifat kasar, seperti mengancam akan memukul jika anak berbuat nakal. Namun, juga bisa seperti mengancam tidak akan memberikan uang jajan selama seminggu, membuang semua mainan anak, tidak mengizinkan anak menonton TV, dan sebagainya.

Ini semua akan memberikan hasil yang negatif pada anak-anak. Meskipun kamu merasa perlu bersikap tegas pada anak-anak, tapi ancaman tidak akan memberikan hasil yang positif. Yang ada, anak mungkin akan membalas dengan pemberontakan.

Studi yang melibatkan 444 keluarga dan dimuat dalam Asian American Journal of Psychology menyatakan bahwa tiger parenting bukanlah metode pengasuhan yang baik.

Jadi, jika kamu mendapati ciri-ciri di atas ada pada dirimu, segera perbaiki pola asuhmu. Bagaimana anak dibesarkan sangat memengaruhi cara anak memandang dirinya, karakter yang terbentuk, hingga kesuksesan. Jadi, berhati-hatilah dalam mendidik anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team