Ilustrasi anak yang membantu orang tua (pexels.com/ Zen Chung)
Hasil survei Jakpat menunjukkan, bahwa sebanyak 94 persen orangtua mengaku khawatir jika anak mereka menjadi pribadi yang tidak sopan atau kurang memiliki tata krama. Lebih dari 90 persen orangtua juga khawatir apabila anak mereka terlibat perundungan (bullying) baik sebagai korban maupun pelaku. Kekhawatiran ini bahkan melebihi kecemasan terkait akademik, seperti anak tidak naik kelas atau tidak lulus, yang disebutkan oleh 77 persen responden.
“Hasil survei menunjukkan, bahwa di era ini orangtua lintas generasi memiliki kekhawatiran yang sama terhadap isu-isu sosial anak, seperti perundungan dan perkelahian, dibandingkan masalah akademik. Ini menjadi tugas orangtua untuk lebih peka, karena anak-anak bisa saja mengalami perundungan di sekolah, lingkungan sekitar, bahkan secara daring (cyberbullying)," tambah Septiana, dikutip rilis yang diterima IDN Times.
Kesimpulannya, Indonesia menempatkan keharmonisan sosial dan tata krama sebagai hal utama. Etika, adab, dan agama sering diajarkan sejak kecil, yang menghasilkan kesopanan.
Hal ini dinilai sebagai bekal utama untuk hidup di masyarakat, bahkan lebih penting daripada prestasi akademik. Bahkan, anak yang sopan dianggap sebagai cerminan keberhasilan orangtua dalam mendidik. Sebaliknya, anak yang tidak sopan dapat mencoreng nama baik keluarga.