Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi bertengkar (pexels.com/Timur Weber)

Intinya sih...

  • Situasi sosial memicu kehilangan kendali emosi

  • Dipermalukan di depan umum memicu marah, malu, dan sedih

  • Kritik tanpa empati dan merasa diabaikan bisa meledakkan emosi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah gak sih kamu tiba-tiba meledak marah atau nangis di tempat umum, lalu mikir, “Kenapa tadi aku gak bisa tahan emosi ya?” Tenang, kamu gak sendiri. Banyak orang pernah mengalami hal yang sama. Nyatanya, dalam situasi sosial tertentu, emosi kita memang lebih gampang meledak. Bahkan, orang yang biasanya kalem pun bisa berubah 180 derajat.

Kehilangan kendali emosi bukan berarti kita lemah atau drama. Justru, itu jadi sinyal bahwa ada sesuatu yang bikin tekanan batin kita gak bisa lagi ditahan. Nah, biar kamu bisa lebih sadar dan siap menghadapi momen-momen semacam itu, yuk simak empat situasi sosial yang sering banget jadi pemicu seseorang kehilangan kontrol emosinya!

1. Saat dipermalukan di depan umum

Ilustrasi menertawakan orang lain (Pexels.com/Keira Burton)

Gak ada yang suka dijatuhkan harga dirinya di depan orang banyak. Ketika seseorang dipermalukan di depan umum, entah itu di sekolah, kantor, atau lingkungan sosial, emosi seperti marah, malu, dan sedih bisa muncul bersamaan. Bahkan, orang yang biasanya tenang bisa langsung meledak saat merasa harga dirinya diinjak-injak.

Yang bikin makin runyam, rasa malu ini sering bercampur sama rasa gak berdaya. Gak bisa bela diri atau gak tahu harus ngapain kadang bikin emosi tambah meledak. Apalagi kalau yang mempermalukan adalah orang yang kita hormati atau percaya. Rasanya seperti dikhianati dan diremehkan di saat yang sama.

Makanya, banyak orang yang akhirnya memilih “ngambek” parah atau bahkan berani balik menyerang secara verbal karena merasa harus mempertahankan martabatnya. Jadi, hati-hati ya, jangan sampai kita jadi penyebab orang lain kehilangan kontrol emosi cuma karena bercanda kelewat batas.

2. Ketika dikritik di depan orang lain tanpa empati

Ilustrasi tersinggung (Pexels.com/Liza Summer)

Kritik itu penting, tapi cara menyampaikannya juga gak kalah penting. Ada loh perbedaan besar antara kritik yang membangun dan kritik yang menjatuhkan. Ketika seseorang dikritik tanpa empati, apalagi di depan umum, reaksi emosional yang muncul bisa sangat intens.

Bayangin kamu udah kerja keras, lalu tiba-tiba disalahkan habis-habisan di depan banyak orang tanpa ada pengakuan sedikit pun atas usaha kamu. Gak cuma bikin malu, tapi juga bikin marah dan ngerasa gak dihargai. Reaksi emosional semacam ini wajar banget, apalagi kalau kamu sebenarnya udah dalam kondisi lelah dan stres.

Saat orang merasa diserang, bagian otak yang bertanggung jawab atas respons “fight or flight” langsung aktif. Maka dari itu, gak heran kalau ada yang langsung marah, banting barang, atau nangis karena gak kuat nahan tekanan. Jadi sebelum ngasih kritik, coba pilih waktu dan kata-kata yang lebih manusiawi, ya.

3. Menjadi sasaran kemarahan orang lain yang tidak terkendali

Ilustrasi laki-laki sedang marah (Pexels.com/Craig Adderley)

Diserang emosi orang lain tanpa alasan yang jelas bisa bikin kita ikut kebawa emosi. Apalagi kalau kita gak salah tapi malah jadi pelampiasan amarah. Situasi seperti ini sering bikin orang defensif, tersinggung, dan akhirnya ikut marah.

Masalahnya, ketika kita berada dalam posisi “diserang”, insting kita untuk membela diri otomatis aktif. Kita jadi gak sempat mikir panjang, dan akhirnya malah adu mulut atau bahkan konflik fisik. Emosi negatif dari satu orang bisa nular cepat banget kayak virus.

Banyak orang yang akhirnya menyesal setelah bereaksi terlalu keras, padahal awalnya cuma mau membela diri. Itulah kenapa penting banget punya kontrol diri dan mencoba menjauh dulu kalau merasa suasana udah gak kondusif. Tapi memang, gak semua orang bisa langsung tenang kalau situasinya udah panas.

4. Saat merasa diabaikan atau gak dianggap

Ilustrasi kecewa pada pasangan (Pexels.com/Alex Green)

Manusia itu pada dasarnya butuh diakui dan didengarkan. Jadi wajar banget kalau seseorang merasa kesal bahkan marah besar saat dirinya diabaikan dalam percakapan, keputusan, atau momen penting. Apalagi kalau hal itu terjadi berulang-ulang.

Rasa diabaikan bisa bikin kita merasa gak penting, gak dihargai, dan gak layak. Kalau dibiarkan terus-menerus, emosi yang tadinya cuma kecewa bisa berubah jadi amarah. Apalagi kalau orang-orang di sekitar malah meremehkan reaksi kita, atau bilang, “Kamu baper banget sih.”

Nah, dari situ bisa muncul ledakan emosi yang seolah tiba-tiba, padahal akarnya udah numpuk lama. Banyak konflik keluarga, pertemanan, bahkan hubungan asmara, berawal dari rasa gak dianggap ini. Jadi kalau kamu sering merasa gitu, penting juga buat belajar menyampaikan perasaanmu sebelum emosi keburu meledak.

Emosi itu bagian alami dari diri kita, dan dalam situasi sosial tertentu, wajar banget kalau kamu merasa gak bisa menahannya. Tapi mengenali momen-momen yang bikin kita rentan meledak bisa jadi langkah awal buat mengelola emosi dengan lebih bijak. Jangan langsung menyalahkan diri sendiri kalau pernah kehilangan kendali. Justru, makin kita sadar sama pemicu emosi kita, makin besar peluang kita buat bertumbuh dan belajar jadi pribadi yang lebih stabil. Jadi, yuk mulai kenali emosi kita sendiri sebelum nyalahin orang lain!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team