Pria yang duduk hanyut dalam pikirannya (pexels.com/Spencer Selover)
Memang cukup sulit untuk mengendalikan emosi negatif yang terlalu kuat, semakin kamu berupaya untuk mengendalikannya, emosi tersebut akan semakin tidak tenang dan muncul kembali. Bahkan saat mencoba mengendalikannya, mungkin kamu hanya menekannya dan itu akan hadir kembali nanti. Lalu apa yang harus kamu lakukan?
Haemin Sumin memberikan jawaban sederhana pada pertanyaan tersebut. Apa yang bisa kamu lakukan adalah memisahkan energi negatif tersebut dari label linguistik seperti 'kemarahan' atau 'kebencian' dan tunggulah dengan tenang hingga energi tersebut berubah menjadi hal lain.
Hal terpenting adalah tidak bergantung pada label dari energi negatif itu. Ketika kamu melepaskan label tersebut, kamu akan memahami bahwa emosi negatif tersebut hanyalah sementara.
Alih-alih tenggelam dalam emosi negatif itu, kamu hanya perlu mengamatinya dari luar. Kamu merasakan bagaimana perubahan energinya dengan penuh perhatian. Kamu tidak mengabaikannya, kamu memahaminya dan merasakannya. Kemudian kamu menyadari bahwa emosi negatif tersebut bukanlah realitas tetap, itu secara alami menyatu dalam ruang kesadaranmu.
Ingatlah bahwa kamu bukanlah perasaan itu atau cerita-cerita yang ada dipikiranmu. Anggaplah dirimu sebagai keheningan luas yang menyadari kehadiran dan lenyapnya perasaan itu.
Tiga pesan tersebut adalah bagian kecil dari buku yang Haemin Sumin tulis. Kamu bisa mendapatkan pesan-pesan lainnya yang berhubungan dengan kehidupanmu dan bahkan kondisi yang kamu hadapi saat ini.