Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan (pexels.com/Jack Sparrow)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Jack Sparrow)

Ketika membicarakan soal pasangan, kita pasti ingin mendapat hubungan yang seideal dan sesempurna mungkin. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan memiliki standar, namun menjadi masalah ketika kita tidak bisa menetapkan batasan yang tepat dan malah tertipu oleh ekspektasi sendiri.

Terlalu menitikberatkan pada idealism malah akan membuatmu kecewa. Kamu jadi lebih sering fokus pada kekurangan dan kelemahan doi dibanding pertumbuhan hubungan kalian sendiri. Tanpa disadari, kamu sudah menciptakan lingkungan yang toksik untukmu dan pasangan.

Untuk menghindari hal itu, ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang hubungan. Kenyataannya, tidak semua hal bisa dan akan berjalan sesuai ekspetasimu.

1.Pasangan yang sempurna tidaklah nyata

ilustrasi pasangan (pexels.com/Phil Nguyen)

Siapa, sih, yang tidak ingin punya pasangan sempurna? Fisik yang menarik, pintar, baik, romantis, humoris, tinggi, dan masih banyak lagi. Bahkan, tidak jarang kita berharap punya sosok pasangan yang bisa menebak suasana hati kita tanpa harus diberitahu. Mirip seperti cerita drakor yang romantis.

Kenyataannya, hal tersebut sangat tidak realistis. Kamu jadi tidak bisa mengenal pasangan atau partnermu sebagai dirinya apa adanya. Karena sudah terlebih dulu terbutakan oleh ekspetasi yang tinggi.

Sadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Yang ada hanya, pasangan yang mau untuk saling mengenal dan menerima apa adanya, serta berusaha untuk bertumbuh bersama. Menerima fakta ini akan membantumu untuk lebih realistis dalam memandang dirimu, pasanganmu, dan hubungan kalian.

2.Perdebatan dan gesekan pendapat dalam hubungan adalah hal yang lumrah

ilustrasi pasangan (pexels.com/Alena Darmel)

Kebanyakan orang masih termakan idealisme bahwa pasangan yang compatible adalah mereka yang selalu setuju dengan pendapat kita. Padahal, hal ini salah besar.

Hubungan yang sehat bukan berarti hubungan yang tumbuh tanpa konflik, melainkan hubungan yang bisa meresponi konflik dengan baik. Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah dan harus terjadi dalam hubungan. Dengan demikian, kamu dan pasangan bisa mengenal satu sama lain lebihd ekat.

Menerima fakta bahwa kamu tidak akan selalu “setuju” dengan pasangan akan mempersiapkanmu untuk menjadi pribadi yang dewasa dalam meresponi konflik. Alih-alih menghindar, justru kamu akan belajar menghadapi dan menyelesaikan masalah.

3.Hubungan pun perlu kompromi dari dua pihak

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Dengan kata lain, ada kalanya kamu harus mengalah dari pasangan. Tidak terdengar romantis, memang. Kita selalu ingin jadi pihak yang dimengerti.

Tapi, hubungan adalah soal mengerti dan dimengerti. Ada kalanya kamu yang harus berkorban untuk doi, dan itu tidak selalu hal yang buruk. Justru rasa egosi kita dikikis, karena kita belajar untuk lebih peduli dan memperhatikan pasangan kita dalam relasi.

Memang lebih mudah membangun hubungan dalam ekspektasi, tapi realitasnya banyak hal tidak berjalan sesuai keinginan kita. Tapi justru di situlah pola pikir dan kedewasaan kita diasah. Jadi, jangan termakan fantasi tidak jelas. Fokuslah pada realitas yang ada.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team