Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi persaingan tidak sehat (pexels.com/Mikhail Nilov)

Keseimbangan hidup merupakan kunci utama jika kita ingin memperoleh kenyamanan sekaligus kebahagiaan. Dengan kehidupan yang seimbang, segala sesuatunya tertata. Tapi menjadi kesalahan besar jika kita memutuskan diri untuk bergabung dengan persaingan toksik. Lingkungan dengan budaya kompetitif demikian berpotensi merusak keseimbangan hidup yang sudah terjaga.

Pastinya ini terjadi tanpa disadari. Persaingan toksik merusak kehidupan yang sudah seimbang secara perlahan. Termasuk dari sikap dan kebiasaan paling sederhana sekalipun. Setelah mengetahui fakta tersebut, semoga kita bisa membentengi diri dari arus persaingan toksik di lingkungan sekitar.

1. Mengganggu fokus dan konsentrasi

ilustrasi merasa kacau (pexels.com/Mikhail Nilov)

Adakalanya kehidupan memang berjalan dengan tingkat kompetitif tinggi. Tapi bukan berarti kita memilih terjerumus ke dalam persaingan toksik. Karena bersaing dengan cara seperti ini tidak akan membawa kebahagiaan dalam jangka panjang. Justru sebaliknya, persaingan toksik merusak kehidupan yang sudah seimbang. Proses ini seringnya berlangsung tanpa disadari.

Dari persaingan toksik, perlahan akan mengganggu fokus dan konsentrasi. Kehidupan hanya didominasi oleh prinsip menang dan kalah. Kita terpaku pada hasil akhir dengan pencapaian paling unggul. Sedangkan proses yang seharusnya dilewati dengan baik justru tidak diperhatikan. Akibat fokus dan konsentrasi yang terpecah, kita kerap melakukan kecerobohan.

2. Menempatkan diri dalam persaingan yang membebani mental

Editorial Team

EditorAgsa Tian

Tonton lebih seru di