ilustrasi menenun sarung tenun Samarinda (youtube.com/ Endro S Efendi)
Salah satu tantangan utama adalah minimnya regenerasi pegiat tenun. Banyak pengrajin senior yang sudah mulai pensiun, sementara generasi muda kurang tertarik untuk belajar menenun. Kebanyakan dari mereka lebih memilih pekerjaan yang dianggap lebih mudah dan menjanjikan, sehingga keahlian ini perlahan mulai tergerus.
Selain itu, persaingan dari kain tenun daerah lain juga menjadi ancaman. Kain-kain ini sering kali menawarkan desain yang modern dan harga yang lebih murah, sehingga membuat sarung tenun Samarinda kalah bersaing di pasaran.
Yang juga jadi masalah adalah munculnya metode printing modern. Teknik ini bisa menekan biaya produksi dan menghasilkan pola yang mirip dengan sarung tenun, tapi tanpa memerlukan waktu dan keterampilan yang sama. Ini bisa membuat teknologi tenun tradisional menjadi kurang diminati.
Jadi, itulah sedikit fakta sarung tenun Samarinda yang menarik. Dari teknik tenun tradisional hingga motif yang kaya makna, sarung ini memang patut diacungi jempol sebagai salah satu kekayaan budaya Indonesia. Jangan lupa, setiap helai sarung membawa cerita dan sejarah yang patut dihargai. Jadi, dengan memakai sarung tenun Samarinda, kamu gak hanya tampil keren tetapi juga turut melestarikan warisan budaya yang sudah ada sejak lama.