pexels.com/Yogendra Singh
Orang-orang Spanyol memiliki sebuah tradisi yang menyenangkan, di mana mereka akan mengambil waktu istirahat pada sore hari. Selama jam-jam tersebut, mereka akan menutup toko, pulang, atau melakukan aktivitas santai seperti membaca, memasak, dan tidur siang dengan gaya hidup santai dan tenang. Mereka menyebutnya siesta.
Tentu saja, kita tidak akan pernah melihat kebiasaan seperti ini di kota-kota industri yang sibuk, di mana penduduknya selalu terburu-buru saat pergi ke tempat kerja, makan dengan cepat, dan terus melakukan seratus hal sekaligus.
Namun, gaya hidup serba cepat di mana multitasking dan mengkompromikan kebahagiaan diri sendiri dianggap sebagai keterampilan justru bisa membunuh kita secara perlahan. Ketergesaan yang datang dari kehidupan kota yang serba cepat membuat kita percaya kalau kita dapat terus menyibukkan diri sendiri.
Hal ini pun merenggut segala kebahagiaan yang kita miliki. Kita tidak bisa pergi keluar untuk berjalan-jalan sebentar atau berjumpa dengan keluarga karena kepala kita terus berusaha untuk membawa kita ke tempat dan tugas selanjutnya. Kierkegaard menganggap kalau orang-orang yang memaksakan gaya hidup yang sibuk tidak akan pernah merasa bahagia.
Memang betul kalau membiarkan diri kita menikmati waktu istirahat di rumah atau sekadar bersantai di taman tampak seperti sebuah kemalasan dan tidak produktif. Sebaliknya, kita justru harus belajar menghargai hal-hal yang dapat memberikan kebahagiaan ke dalam kehidupan kita.