Konflik gak pernah menyisakan apa pun selain luka. Bahkan, ketika konflik itu sudah terjadi puluhan tahun berlalu, bekas lukanya masih tetap ada. Bekas luka yang sama juga dirasakan oleh penduduk Kepulauan Maluku. Kerusuhan etnis-politik yang melibatkan agama medio 1999 di daerah tersebut membuat penduduk setempat terpaksa melakukan segregasi wilayah.
Penduduk yang beragama Kristen terpaksa hidup terpisah dengan saudara-saudaranya yang beragama Islam. Seolah belum cukup buruk, kisah kelam tentang konflik nyatanya juga masih lestari. Diturunkan oleh orang tua ke anak, kisah-kisah ini jika dibiarkan dapat memicu terjadinya segregasi pemikiran bagi anak-anak Maluku.
Demi mewujudkan misi kita satu Indonesia, Eklin Amtor De Fretes melawan kisah-kisah konflik Maluku yang kelam tersebut lewat dongeng. Bukan dongeng biasa, Eklin menggunakan seni ventriloquism dalam setiap aksinya. Sama seperti pejuang kebaikan lain, perjuangan Eklin tentu tak luput dari berbagai tantangan. Tantangan seperti apa yang harus dilalui Eklin dalam kesehariannya menyiarkan kisah persatuan pada anak-anak lewat dongeng?