ilustrasi teman ngobrol (pexels.com/Sam Lion)
Sekolah mendorong siswa untuk melakukan yang terbaik. Namun masyarakat telah membangun proses yang membimbing siswa untuk mengejar tujuan tradisional, yakni mendapatkan nilai bagus, masuk ke perguruan tinggi, mencari pekerjaan dengan gaji yang cukup, menikah, dan membeli rumah. Pada saat anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa, mereka percaya tujuan tersebut adalah patokan.
Kamu mungkin bekerja keras siang dan malam untuk mencapai target tersebut, bahkan jika itu tidak membuatmu bahagia. Oleh karena itu alih-alih memberikan upaya terbaikmu, kamu melakukan upaya paling sedikit yang diperlukan untuk membuatmu bahagia.
Karena upaya yang dilakukan tidak maksimal, kamu gagal dalam upayamu dan percaya bahwa kamu tidak memiliki keterampilan untuk mencapai tujuan yang kamu inginkan.
Pendekatan semacam itu membentuk lingkarannya sendiri, di mana kurangnya kepercayaan dirimu menyebabkan upaya yang kamu lakukan mengarah pada hasil yang buruk.