ilustrasi berdoa (pexels.com/RDNE Stock project)
“Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.”
Potongan ayat tersebut menceritakan tentang Nabi Yusuf AS yang sengaja diasingkan oleh saudara-saudaranya sendiri karena perasaan iri dan dengki kepadanya. Sewaktu kecil, Yusuf selalu dicintai oleh ayahnya, yaitu Nabi Yakub AS. Saudara-saudaranya beranggapan bahwa Yusuf lebih dicintai daripada mereka. Sehingga, timbul rasa iri dan dengki hingga mengasingkan Yusuf ke suatu negeri, yaitu Mesir. Ayahnya sangat khawatir dan bersedih, hingga memerintahkan saudara-saudaranya tersebut untuk mencari Yusuf, dengan mengucapkan seperti ayat di atas.
Ternyata setelah dewasa, Yusuf dirawat oleh pembesar Mesir, Al-Aziz bersama istrinya, Zulaikha. Bahkan ketika itu Yusuf dipercaya dan diangkat oleh Al-Aziz sebagai perbendaharaan negeri Mesir dan Allah memilihnya sebagai Nabi. Ketika keluarga Nabi Yusuf telah mengetahui berita tentangnya, mereka langsung ke tempatnya hingga bertemu dengan Nabi Yusuf dengan penuh kegembiraan. (tafsir QS. At-Taubah: 40, Quran KEMENAG)
Kisah tersebut memberikan kita nasihat jika kehilangan seseorang yang dicintai, maka kita harus menyadari bahwa itu takdir dari Allah dan harus menerimanya dengan keikhlasan. Karena mengeluh tidak akan ada gunanya, lebih baik serahkan semuanya kepada Allah, maka pasti setelah kesedihan itu ada kegembiraan.