5 Dampak Psikologis dari Soft Blocking yang Perlu Kamu Tahu

Di era media sosial, interaksi digital bisa jadi seintim atau seberjarak yang kita inginkan. Fenomena yang sering terjadi adalah soft blocking, yaitu tindakan memblokir seseorang lalu segera membuka blokiran itu kembali agar mereka otomatis berhenti mengikuti kita. Ini sering dianggap solusi “halus” untuk menjaga ruang pribadi tanpa konfrontasi langsung.
Tapi, pernahkah kamu berpikir tentang dampak psikologis dari tindakan ini? Meski tampak sepele, soft blocking bisa meninggalkan jejak emosional yang cukup dalam, terutama jika dilakukan dalam hubungan yang dekat. Tanpa komunikasi yang jelas, soft blocking sering kali menimbulkan tanda tanya besar bagi pihak yang terkena. Dampak emosional ini bisa memicu berbagai perasaan negatif yang berlarut-larut. Yuk, kita bahas lima dampak psikologis yang perlu kamu pahami sebelum memutuskan untuk soft block seseorang!
1. Rasa ditolak dan tidak berharga
Saat seseorang menyadari bahwa mereka telah di-soft block, rasa penolakan bisa muncul dengan kuat. Meskipun tindakan ini tidak dilakukan dengan niat jahat, otak kita sering kali menerjemahkannya sebagai tanda bahwa kita tidak diinginkan atau dihargai. Ini bisa mengganggu kepercayaan diri dan membuat seseorang merasa tidak cukup baik, terutama jika dilakukan oleh teman dekat atau pasangan.
Terlebih lagi, tanpa adanya penjelasan, mereka bisa mulai overthinking dan menyalahkan diri sendiri. Perasaan ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, terutama bagi mereka yang sudah memiliki kecenderungan cemas atau rendah diri. Jadi, penting untuk mempertimbangkan bagaimana tindakan ini bisa memengaruhi orang lain sebelum melakukannya.