Kedinamisan dalam hidup merupakan hal yang lumrah sekarang ini. Teknologi dan digitalisasi membawa semua orang berlomba dalam segala hal. Namun, apakah kalian pernah merasa lelah mengejar dan seolah berlomba dengan semua orang?
Segala tekanan ini selanjutnya membuat segelintir orang memilih beralih pada hidup yang lebih lambat. Pada 2004, Carl Honoré mengadaptasi konsep Slow Food yang dicetuskan Carlo Petrini menjadi Slow Living.
Gaya hidup slow living menolak kepercayaan umum pada kalimat 'Lebih cepat, lebih baik'. Mereka memilih menjalani hidup dengan pendekatan yang lebih lambat dan hati-hati. Dengan memperlambat tempo, mereka merasa hidup dapat lebih bermakna.
"Prinsip utama dari filosofi ini adalah memberikan waktu yang cukup agar dapat melakukan sesuatu dengan benar, dengan demikian kita tentu akan lebih menikmatinya," kata Carl Honoré, dalam bukunya In Praise of Slowness.
Slow Living bukan berarti menjalani hidup dengan bermalas-malasan atau tak berambisi. Tentu kita harus tetap punya ambisi dan tujuan. Hanya saja, kita jadi dapat lebih memilah hal-hal yang penting untuk dilakukan dan melakukannya dengan lebih matang.
Menjalani hidup dengan melambat ternyata dapat menghadirkan banyak ketenangan. Kita tidak lagi harus berkejaran dengan apa pun dan dapat mengatur timeline hidup kita sendiri. Berikut ini adalah lima fakta tenangnya menjalani hidup dengan konsep slow living. Yuk, simak!