5 Fenomena Sosial yang Cukup Memprihatinkan di Negara-negara Maju

Setiap bangsa di dunia ini pasti memimpikan negaranya menjadi negara maju, tak terkecuali kita sebagai bangsa Indonesia. Tapi jika dilihat dari berbagai indikator sebuah negara maju seperti tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah dengan kualitas SDM yang tinggi, perekonomian yang kuat yang ditandai dengan pendapatan perkapita yang juga tinggi, serta penguasaan teknologi dan kemajuan industri, Indonesia masih jauh dari kategori maju.
Kita tentu memiliki ekspekstasi yang tinggi mengenai negara-negara maju, tapi yang perlu kita ketahui adalah bahwa negara-negara tersebut ternyata juga menyimpan sisi gelapnya sendiri. Ada fenomena sosial yang tengah dialami oleh masyarakatnya.
Apa saja fenomena-fenomena tersebut? Berikut 5 di antaranya.
1.Honjok, orang-orang Korea yang memilih hidup sebagai penyendiri
Hari ini siapa sih yang tidak tahu dengan Kpop atau dengan Kdrama? Memang tidak semua orang adalah K-Popers, tapi setidaknya masih tahu apa itu Kpop dan paham dengan istilah Korean Wave. Terlebih lagi para Millennials dan generasi di bawahnya.
Kpop dan Kdrama adalah bukti kesuksesan Korea Selatan dalam memajukan industri hiburannya. Tak hanya itu, Korea Selatan juga maju di bidang industri lainnya.
Tapi dibalik kemajuan Negeri Ginseng tersebut, ada fenomena unik yang sedang merebak di dalam masyarakatnya, yaitu Honjok. Honjok bisa diartikan sebagai pilihan untuk menghindari sosialisasi dan hidup sebagai lajang penyendiri. Gaya hidup honjok ini dapat dilihat dari banyaknya anak-anak muda Korea yang melakukan kegiatan sehari-hari sendirian, seperti pergi makan, minum, nongkrong bahkan liburan.
Dilansir dari Korean Statistical Information Service, pada tahun 2016 ada lebih dari 5 juta warga Korea yang memilih honjok sebagai gaya hidupnya, jumlah tersebut mencapai 28 persen dari total rumah tangga di negara tersebut.
Ada banyak faktor yang menyebabkan banyak kaum muda Korsel akhirnya memilih beraktivitas sendiri dan hidup dalam sepi, diantaranya karena tingginya tuntutan belajar dan bekerja sehingga mereka kekurangan waktu untuk diri mereka sendiri.
Selain itu juga disebabkan oleh semakin tingginya biaya hidup sehingga menimbulkan pesimisme terhadap pernikahan dan akhirnya gaya hidup honjok sering berujung pada pilihan untuk hidup sebagai lajang hingga tua.