5 Hal yang Membuatmu Gak Percaya Adanya Orang Tulus, Sering Disakitin?

11 Mar 2021, 15:42 WIB

Unsplash.com/edgemodelsandtalent

Kalau semua orang di dunia ini punya sifat tulus, mereka malah jadi gak istimewa lagi. Ya, ketulusan seseorang dianggap sangat istimewa dan menimbulkan kekaguman karena gak banyak orang yang seperti itu. Ingat, gak banyak bukan berarti gak ada lho, ya!

Masalahnya, kamu percaya gak bahwa orang yang tulus itu ada? Hati-hati, lho. Jika kamu selalu berpikir gak ada orang tulus di dunia ini, kamu akan mencurigai semua orang. Kamu juga bisa anti banget menerima bantuan dari siapa pun.

Namun ketidakpercayaanmu tentu bukan tanpa alasan. Sangat mungkin kamu mengalami salah satu atau bahkan beberapa hal di bawah ini.

1. Kamu sering banget cuma dimanfaatkan orang ya?

Unsplash.com/kbalobanov

Apakah mungkin kamu orang yang sangat polos? Saking polosnya, kamu malah jadi terlalu sering didekati orang cuma buat dimanfaatkan. Seperti gak ada yang benar-benar bisa menerimamu apa adanya dan mau menjadi teman yang tulus.

Kalau apa-apa yang mereka inginkan darimu sudah didapatkan, kamu lantas ditinggalkan. Mereka bertingkah seakan-akan gak pernah mengenalmu. Bila kamu sering sekali mengalami kejadian seperti ini, wajar kamu jadi berpikir orang tulus memang gak ada.

2. Jangan-jangan malah menyamakan mereka dengan dirimu!

Unsplash.com/yuli_superson

Nah lho, ayo introspeksi terlebih dahulu. Apakah kamu juga gak punya sifat tulus? Setiap perbuatan baikmu pada orang lain selalu didorong oleh bayangan keuntungan yang akan kamu dapatkan. Pokoknya, hidupmu selalu penuh perhitungan.

Kamu gak bisa menolong orang lain kalau gak ada potensi keuntungan yang bisa dikeruk dari situ. Jangankan menolong, dalam berteman pun, kamu amat pilih-pilih. Bukan soal mereka tipe teman yang toksik atau bukan. Namun apakah berteman dengan mereka akan memberikan keuntungan sesuai dengan harapanmu atau gak.

3. Baru banget merasakan pengalaman buruk

Unsplash.com/caliboiijulian

Sebenarnya kamu gak sering dimanfaatkan orang lain. Bahkan kamu sudah begitu kerap bertemu dengan orang yang tulus. Mereka melakukan berbagai kebaikan untukmu begitu saja. Hanya saja, baru-baru ini kamu mendapatkan pengalaman buruk dengan seseorang yang ternyata cuma ada maunya denganmu.

Pengalaman buruk ini tentu masih membekas dalam ingatanmu. Makin buruk akibat dari ketidaktulusannya padamu, makin kamu akan trauma. Sampai-sampai kamu seperti melupakan orang-orang tulus yang pernah kamu temui. Nanti kalau rasa traumamu sudah berkurang, kamu pasti akan mengingat mereka kembali.

4. Terus terbayang peribahasa ada udang di balik batu

Unsplash.com/olenkasergienko

Jelas bukan salah peribahasanya. Memang banyak banget peribahasa yang menggambarkan sifat manusia. Cuma kamu saja yang berlebihan dalam mengingat peribahasa yang satu ini.

Simpelnya begini. Coba tanyakan ke dirimu. Kamu termasuk orang yang tulus atau gak? Kalau kamu yakin sudah cukup tulus, artinya kamu gak boleh menuduh semua orang selain kamu gak tulus. Nanti kamu cuma merasa paling baik jadi orang. Oke?

5. Terbiasa seperti jual beli saat berinteraksi dengan orang lain

Unsplash.com/heymacarenaa

Yuk, cermati lagi caramu bergaul selama ini. Atau tarik lagi lebih jauh ke masa kecil bersama keluargamu. Apakah dalam berinteraksi dengan saudara dan teman, baik kamu maupun mereka sering bilang, "Kalau kamu mau membantu/memberiku ..., nanti aku juga akan membantu/memberimu ..."

Jika ya, gak heran kamu tumbuh dengan keyakinan semua orang selalu punya pamrih di balik tindakannya. Pokoknya, persis orang melakukan jual beli. Ada uang, ada barang. Ada bantuan, ada juga balasan yang setimpal.

Menjaga diri agar tetap di pertengahan memang gak gampang. Jangan terlalu naif, nanti kamu cuma dimanfaatkan orang-orang yang kurang baik. Namun jangan pula gampang mencurigai kebaikan orang lain padamu karena hati yang tulus bukan cuma milikmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.