Ilustrasi Membaca Buku (pexels.com/andre piackuadio)
Otak sama seperti otot, ia perlu dilatih agar tetap kuat dan berfungsi optimal. Ketika kamu jarang membaca, belajar hal baru, atau berpikir kritis, otak menjadi pasif dan tidak mendapatkan tantangan. Tanpa stimulasi, kemampuan otak untuk memproses informasi dan menyelesaikan masalah perlahan menurun. Kebiasaan ini membuat otak tidak berkembang dan mudah “lemot” saat dihadapkan pada hal-hal yang membutuhkan analisis lebih dalam.
Kebiasaan membiarkan otak bekerja pada level yang sama setiap hari membuat koneksi saraf menjadi kurang aktif. Kamu mungkin jadi mudah bosan, kurang kreatif, dan kesulitan memahami konsep yang lebih kompleks. Dalam jangka panjang, otak yang jarang dilibatkan dalam aktivitas mental bisa kehilangan kelenturan dan ketajamannya. Aktivitas sederhana seperti membaca buku harian, mengikuti kegiatan literasi, atau menulis refleksi dapat membantu menjaga otak tetap bekerja secara dinamis.
Sebaliknya, tantangan kecil seperti berdiskusi, mengerjakan teka-teki logika, membaca novel atau buku pengembangan diri, hingga rutin menulis jurnal dapat membuat otak lebih tajam. Kamu juga bisa melatih kemampuan berpikir melalui kegiatan menulis artikel, misalnya mencoba membuat tulisan di platform seperti IDN Times. Aktivitas-aktivitas ini memperkuat koneksi saraf, meningkatkan kejernihan berpikir, serta membuat otak tetap aktif dan responsif meski usia terus bertambah.
Nah, setelah kita ketahui bahwa kelima kebiasaan di atas diam-diam berdampak buruk bagi kesehatan otak, jika kamu masih sering melakukannya, yuk mulai ubah pelan-pelan dari sekarang agar pikiranmu tetap sehat, tajam, dan bekerja optimal.