Kadang, kritik terbesar bukan datang dari orang lain, melainkan dari diri kita sendiri. Suara kecil di kepala yang terus-menerus mengomentari langkah kita, mengingatkan kesalahan, atau bahkan meremehkan kemampuan, bisa sangat melelahkan. Namun, kabar baiknya, kamu bisa belajar untuk berdamai dengan kritik batin ini. Yuk, mulai dari kebiasaan kecil yang sederhana, tapi berdampak besar!
5 Kebiasaan Kecil yang Bisa Membantumu untuk Membungkam Kritik Batin

1. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain
Kritik batin sering muncul karena kita terlalu sibuk melihat pencapaian orang lain dan merasa diri sendiri belum cukup baik. Saat scrolling media sosial, kamu mungkin berpikir, “Kenapa aku gak sehebat dia?” atau “Kapan aku bisa sampai di titik itu?”. Faktanya, setiap orang punya timeline hidupnya masing-masing. Daripada membandingkan diri, coba fokus pada langkah kecil yang bisa kamu ambil hari ini untuk menjadi versi terbaik dari dirimu.
Mulailah dengan membatasi waktu di media sosial atau mengganti konsumsi konten dengan hal yang lebih inspiratif. Kamu juga bisa menuliskan hal-hal yang kamu syukuri setiap hari. Dengan begitu, kamu akan lebih sadar bahwa hidupmu juga punya nilai dan cerita unik yang layak diapresiasi.
2. Belajar menerima ketidaksempurnaan
Tidak ada yang sempurna, dan itu gak masalah. Tapi terkadang kritik batin membuat kita terus mengejar kesempurnaan yang sebenarnya gak realistis. Misalnya, kamu merasa harus selalu produktif, selalu benar, atau selalu terlihat “oke” di mata orang lain. Akibatnya, kamu malah jadi lebih stres dan kehilangan rasa puas atas apa yang sudah kamu capai.
Alih-alih berusaha sempurna, belajarlah untuk menerima bahwa kesalahan atau kegagalan adalah bagian dari perjalanan. Ketika kamu melakukan kesalahan, coba tanyakan pada diri sendiri, “Apa pelajaran yang bisa aku ambil dari sini?” Sikap ini akan membantu kamu melihat kekurangan sebagai peluang, bukan sebagai alasan untuk merendahkan diri.
3. Latih self-talk yang positif
Pernahkah kamu memperhatikan bagaimana kamu berbicara pada diri sendiri? Kalau selama ini isi pikiranmu penuh dengan kata-kata negatif seperti “Aku gak mampu” atau “Aku pasti gagal,” mungkin saatnya untuk mengubah narasi itu. Kritik batin sering kali tumbuh subur karena kita membiarkan pikiran negatif mengambil alih.
Cobalah untuk melatih self-talk positif. Mulai dengan mengganti kalimat negatif menjadi sesuatu yang lebih mendukung, misalnya, dari “Aku gak bisa” menjadi “Aku akan belajar dan mencobanya.” Mungkin awalnya terasa aneh, tapi semakin sering kamu melakukannya, semakin mudah bagi otakmu untuk fokus pada hal-hal baik daripada terus mencari kekurangan.
4. Luangkan waktu untuk diri sendiri
Kritik batin biasanya muncul ketika kamu terlalu lelah, baik secara fisik maupun mental. Kita sering lupa bahwa tubuh dan pikiran butuh istirahat untuk tetap seimbang. Kalau kamu terus-menerus memaksa diri untuk produktif tanpa memberi waktu istirahat, kritik batin itu akan semakin keras berteriak.
Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang membuatmu bahagia, seperti membaca buku, mendengarkan musik, atau sekadar duduk santai tanpa merasa bersalah. Kamu juga bisa mencoba meditasi atau olahraga ringan untuk membantu menenangkan pikiran. Dengan merawat diri, kamu akan lebih siap menghadapi kritik batin dengan kepala yang lebih jernih.
5. Jangan ragu untuk mencari dukungan
Ada kalanya kritik batin terasa terlalu berat untuk dihadapi sendirian. Kalau sudah begitu, jangan ragu untuk mencari bantuan. Ceritakan perasaanmu pada orang terdekat, seperti teman, keluarga, atau bahkan profesional seperti psikolog. Percayalah, kamu gak sendirian, dan berbagi cerita bisa membuat bebanmu terasa lebih ringan.
Bergabung dengan komunitas yang mendukung juga bisa membantu. Di sana, kamu bisa bertemu dengan orang-orang yang mungkin memiliki pengalaman serupa dan saling memberi semangat. Dengan dukungan yang tepat, kamu akan merasa lebih kuat untuk menghadapi kritik batin dan terus melangkah ke depan.
Membungkam kritik batin bukan berarti kamu harus menghilangkannya sepenuhnya, tapi belajar untuk tidak membiarkannya menguasai hidupmu. Mulailah dari kebiasaan kecil yang terasa sederhana, tapi punya dampak besar untuk kesehatan mentalmu. Ingat, berdamai dengan diri sendiri adalah perjalanan, bukan tujuan akhir. Kamu berhak merasa cukup dan bahagia, bukan karena orang lain, tapi karena dirimu sendiri.