Cepatnya perkembangan teknologi membuat distribusi informasi dari satu pihak ke pihak lain menjadi sangat mudah. Hal itu ditandai dengan makin banyak orang yang memiliki media sosial dan menjadikannya sebagai kebutuhan yang tidak bisa digantikan.
Millennials harus memiliki tameng agar tidak mudah termakan berita bohong tersebut. Untuk merealisasikannya, millennials harus menerapkan beberapa kebiasaan berikut ini.
Ketika kita mendapatkan sebuah informasi baru dari media sosial, sangat dianjurkan untuk menganalisis berita tersebut menggunakan perspektif dua sisi. Maksudnya adalah kamu tidak boleh menyalahkan salah satu pihak yang dianggap salah pada berita tersebut, kamu juga harus mencari tau kebenaran kasus tersebut menggunakan sudut pandang orang yang dianggap salah.
Hal itu dapat meminimalisir kamu untuk termakan hoaks karena jika berita tersebut ternyata bohong, tidak ada penyesalan dalam dirimu karena telah mengecap orang yang dianggap salah itu sebagai penjahat. Malahan kamu akan merasa bangga karena tidak terjebak dari perangkap hoaks tersebut.
Ketika kamu mendapatkan sebuah informasi mencengangkan terhadap orang yang tidak dikenal, kamu langsung berlagak menjadi orang yang mengucap "wow" pada hal tersebut. Lagipula, kamu tidak mengetahui bahwa sesuatu yang baru tersebut memang benar mengikuti fakta yang ada atau malah hanya mengada-ada.
Oleh karena itu sebagai orang-orang yang paling aktif dalam media sosial, millennials sangat diwajibkan untuk tidak mudah heran terhadap sesuatu yang baru. Hal itu juga pasti akan menambah kesan "orang yang elegan" pada dirimu.
Selalu bertanya-tanya tentang kebenaran terhadap sesuatu yang baru merupakan sebuah kewajiban. Kamu harus menanamkan sikap skeptis dalam hidupmu agar tidak mudah terkontaminasi berita hoaks.
Hal itu terjadi karena jika kamu selalu meragukan sesuatu yang notabene belum tentu kebenarannya, hal itu akan sangat membantumu dalam pencarian fakta yang sebenarnya.
Jika kamu membiasakan untuk selalu bersikap skeptis, alhasil ketika kamu menemui isu-isu apa pun pasti tidak akan mudah percaya begitu saja. Selain itu, sikap tersebut juga akan membantumu dalam menganalisis suatu isu yang kamu tertarik untuk mempelajarinya.
Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, banyak orang yang dengan mudahnya menyebarkan informasi namun tidak tau kebenarannya. Seperti contoh kasus bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari, ketika ada anggota di grup Whatsapp yang menyebarkan informasi hanya sebatas forward pesan dengan tujuan orang lain mengetahuinya.
Padahal dalam kenyataanya, orang tersebut sebenarnya tidak tau informasi tersebut benar atau salah, namun hanya sekadar berbagi informasi saja. Untuk mengatasi masalah tersebut, millennials sangat dianjurkan hanya percaya berita yang dikeluarkan media resmi. Hal itu harus dilakukan karena pada media resmi pasti terjamin kebenarannya dan bisa dipertanggungjawabkan.
Sama seperti mudah heran terhadap sesuatu yang baru, bersikap berlebihan juga termasuk hal yang harus dihindari agar tidak mudah termakan hoaks. Hal itu bisa terjadi karena ketika kita menanggapi sesuatu dengan berlebihan, alhasil tanpa disadari kita akan mengajak orang-orang awam untuk mengetahui hal-hal yang belum diketahui kebenarannya.
Coba bayangkan ketika kamu telah menyebarluaskan berita yang terbukti bohong, maka orang-orang tidak akan percaya lagi terhadapmu dan identitasmu sebagai generasi millennials akan ternodai. Oleh karena itu jika ada sesuatu yang meskipun hal tersebut sangat menarik, bersikaplah untuk biasa saja dalam menanggapinya.
Itulah lima kebiasaan yang harus dimiliki millennials agar tidak mudah termakan berita bohong. Sebagai generasi yang paham akan segalanya, kita juga wajib menjaga kestabilan fakta yang beredar di masyarakat awam. Kalau bukan kita, siapa lagi?