Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Haruki Murakami berpose di depan kamera. (the-tls.co.uk)

Haruki Murakami menerbitkan kumpulan cerita pendek (cerpen) bertajuk First Person Singular pada April 2021. Buku yang memuat delapan cerpen itu dianggap sebagai memoar penulis asal Jepang itu yang disampaikan dalam bentuk fiksi. Selain karena dituturkan dari sudut pandang orang pertama, sejumlah petunjuk lain--seperti narator yang menyukai bisbol, musik jazz, dan kaus--turut menguatkan anggapan itu. 

Delapan cerita yang separuhnya pernah terbit di majalah The New Yorker dan jurnal Granta itu mengusung satu tema, yakni pengalaman masa lampau yang hidup kembali. Sebagian besar memori itu berupa kenangan pahit saat berpacaran, berkenalan, atau berhubungan sosial. Tentu saja di bagian pengujung cerita, Haruki Murakami menyajikan pandangan filosofis atas memori pahit narator yang dapat dijadikan kiat bagi pembaca yang sedang membutuhkan cara untuk mengatasi kenangan pahit.

Berikut ini lima kiat mengatasi memori pahit ala First Person Singular karya Haruki Murakami.

1. Jangan memaksakan hadirnya jawaban atas pertanyaan sulit yang muncul dari kenangan pahit

ilustrasi mengatasi memori pahit (unsplash.com/ian dooley)

Kadang kala, kenangan pahit menyisakan pertanyaan yang sulit dijawab karena kemustahilan untuk mengulang masa itu atau kembali ke waktu tersebut. Atas persoalan itu, cerpen berjudul "Cream" menawarkan solusinya. Alih-alih memaksakan hadirnya jawaban atas pertanyaan sulit yang muncul dari memori pahit, tokoh utama cerita lebih memilih untuk membiarkan pertanyaan itu tak terjawab. 

"Cream" menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi korban prank sebuah undangan resital piano kenalan masa kecilnya. Setiba di lokasi acara, pemuda itu hanya mendapati aula yang kosong, tanpa pengunjung. Dia pun harus bertemu dengan kakek misterius yang memintanya membayangkan bentuk lingkaran yang memiliki banyak inti dan tidak mempunyai keliling. Kenangan itu terus menghantuinya hingga dia memutuskan untuk membiarkannya tetap menjadi misteri.

2. Menjadikan penggalan baik dari memori pahit sebagai simbol

Editorial Team

Tonton lebih seru di