5 Sebab Kamu Gak Bisa Lagi Bersahabat dengan Teman Semasa Kuliah

Mana yang paling awet, pertemanan atau persahabatan? Sebagian orang mungkin akan buru-buru menjawab persahabatan yang paling kuat karena hubungannya lebih dekat dari sekadar teman. Akan tetapi, nyatanya persahabatan selama bertahun-tahun pun bisa merenggang dan akhirnya tidak lebih dari kawan biasa bahkan sekadar pernah kenal.
Persahabatan saat di SMA belum tentu berlanjut ketika berkuliah sekalipun kalian satu jurusan. Apalagi selepas kalian bekerja yang lebih kecil kemungkinannya diterima di satu kantor. Sehangat apa pun persahabatan kalian dulu boleh jadi tak lagi berjejak.
Meski perubahan ini mulanya bikin kamu merasa kecewa atau seolah-olah ada yang salah dan seharusnya gak begitu, sebenarnya ini lumrah saja, kok. Meski ada persahabatan yang bertahan begitu lama, kebanyakan orang memang tidak bisa terlalu dekat lagi dengan teman kuliah. Berikut penjelasannya dan justru ada baiknya apabila pertemanan terus meluas, bukan itu-itu saja.
1. Dunia kerja kalian sangat berbeda
Perbedaan dunia kerja sedikit banyak memengaruhi interaksimu dengan sahabat semasa kuliah. Makin berlainan bidang yang digeluti, mengobrol seru bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Pasti ada perasaan tidak nyambung bahkan terkadang pekerjaan tertentu lebih dihargai daripada yang lain.
Beberapa orang bisa berprasangka terhadap bidang kerja yang tidak mereka pahami dengan baik. Bukannya kamu dan sahabat semasa kuliah dapat asyik mengobrol, boleh jadi lama-lama kalian malah makin merasa tidak nyaman sampai terjadi ketersinggungan. Paling aman memang membicarakan hal-hal yang umum saja.
Namun, obrolan seperti itu juga bikin kalian cepat bosan. Percakapan tidak berkembang dan lebih nyaman kalau kalian berada dalam kelompok yang lebih besar agar obrolan gak terhenti. Perbedaan pekerjaan sepertinya persoalan remeh, tapi ternyata sangat menentukan dalam kalian masih terasa terhubung atau tidak.
2. Mulai muncul persaingan-persaingan yang dulu gak ada
Sewaktu kalian dulu berkuliah, bahan kompetisi mungkin gak ada. Kalaupun ada yang ingin dilombakan paling IPK. Itu pun kebanyakan mahasiswa santai dalam menyikapi karena tidak ada peringkat 1, 2, 3, dan seterusnya seperti saat bersekolah. Bersaing dalam hal kekayaan pun malah bikin malu diri sendiri sebab jelas masih disokong oleh orangtua.
Akan tetapi, setelah bekerja ada begitu banyak hal yang mendorong orang untuk berlomba-lomba dengan teman sebaya. Salah satu yang paling sering dan menentukan gengsi adalah seputar keberhasilan setelah lulus kuliah. Pekerjaan hanyalah salah satu indikatornya.
Masih ada penghasilan, punya rumah atau belum, bahkan urusan telah berkeluarga atau masih lajang pun dapat dijadikan bahan kompetisi. Ini yang bikin kamu gak bisa lagi senyaman dulu ketika bersama sahabat semasa kuliah. Dirimu yang belum melengkapi standar keberhasilan di atas menjadi merasa dipermalukan ketika bertemu atau mengobrol via chat.
3. Jarang sekali berkomunikasi apalagi berjumpa
Persahabatan terbentuk jika kamu selalu bersama seseorang dan merasa nyaman satu sama lain. Jika sekadar komunikasi melalui chat tanpa pernah berinteraksi secara langsung, umumnya persahabatan tak terbentuk. Sementara itu, kalian telah bekerja di tempat yang berbeda.
Berkomunikasi melalui chat saja jarang, apalagi bertemu dengan sahabat ketika kuliah. Kualitas hubungan yang begitu bagus sudah menjadi masa lalu. Dahulu kalian memang amat saling mengenal, tetapi saat ini kamu dan dia sudah seperti dua orang yang berbeda.
Walaupun karakter dasar kalian masih tetap dan sudah sama-sama paham, dalam perjumpaan baru-baru ini kalian memerlukan perkenalan dan adaptasi lagi. Masalahnya, setelah ini kalian gak tahu kapan bakal bisa bertemu kembali. Maka masa pendekatan ulang gak dapat dilakukan secara intensif.
4. Batas privasi masing-masing makin tinggi
Di masa kuliah kalian juga sudah masuk dewasa awal, tetapi saat itu batas privasi di antara kalian belum tinggi. Bahkan mungkin sebagai sahabat, kalian seperti tak merasa perlu menjaga privasi apa pun. Kamu gak keberatan jika dia mengetahui setiap hal dalam hidupmu, begitu juga sebaliknya.
Setelah bekerja dan usia terus bertambah baru muncul privasi yang lebih banyak dan kamu ingin orang lain betul-betul menghargainya. Jenis pertanyaan yang sama dulu terasa biasa saja untukmu. Akan tetapi, kini bisa dianggap sebagai pelanggaran privasi.
Bukan cuma batas privasimu yang kian tinggi, ruang pribadinya pun demikian. Batasan-batasan ini membuat gak banyak hal yang dapat kalian obrolkan. Maksud baik saling menjaga perasaan tetap ada konsekuensinya, yaitu hubungan gak sedekat dulu meski tanpa adanya masalah tertentu.
5. Punya teman-teman baru yang mewarnai hidup
Kamu memang harus siap menghadapi kenyataan bahwa sosokmu tidak abadi dalam kehidupan orang lain. Terlepas dari dahulu kalian bersahabat, faktanya adalah pertemanan selalu sangat luas. Beda dengan pasangan hidup yang cuma satu.
Maka setiap saat ada orang yang datang dan pergi dalam hidupmu, begitu pula dalam kehidupan orang lain. Status kalian memang sahabat di masa lalu, tetapi saat ini masing-masing telah mengembangkan pertemanannya hingga sedemikian rupa. Kedudukanmu sebagai sahabatnya sudah tergeser, begitu pula posisinya sebagai sahabatmu.
Jika pun sekarang dirimu tak punya sahabat, meluasnya pertemanan tetap cenderung mengubah kedudukan sahabat lama. Memiliki sahabat tak lagi menjadi syarat kebahagiaan dalam hidupmu. Kamu masih dapat berbahagia cukup dengan menjaga hubungan baik dengan setiap orang walau gak terlalu dekat.
Dunia setiap orang akan terus berkembang. Baik sekali kalau persahabatan dapat terus dirawat. Namun, sebaik-baiknya hubunganmu dengan teman kuliah, kedekatan kalian sekarang biasanya sudah berbeda dan itu tak berarti buruk.