Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kesepian (pexels.com/Keenan Constance)
ilustrasi kesepian (pexels.com/Keenan Constance)

Kehidupan sosial masa kini telah bergeser maknanya menjadi dipenuhi notifikasi, story yang saling berbalas, sampai obrolan grup yang kayaknya gak pernah sepi. Ironisnya, justru di tengah keramaian itu, rasa kesepian sering kali datang. Bukan karena kamu kurang gaul, atau gak punya teman. Terkadang, ada momen di mana kamu duduk bareng mereka yang kamu kenal, tapi tetap merasa asing.

Kesepian modern bukan tentang jumlah orang di sekelilingmu, tapi lebih ke arah koneksi emosional yang minim. Kamu mungkin punya banyak teman nongkrong, kenalan kerja, mutualan di medsos, tapi berapa banyak dari mereka yang benar-benar bisa kamu ajak bicara soal hal yang bikin kamu overthinking jam 2 pagi? Lima sebab ini bisa melatarbelakanginya!

1. Hubungan superfisial di era digital yang serba cepat

ilustrasi dampak penggunaan media sosial (unsplash.com/camstejim)

Banyak pertemanan sekarang terbentuk dari kedekatan yang instan. Misalnya, satu tongkrongan, satu workspace, atau satu grup chat. Tanpa kedalaman emosi, semua itu bisa terasa hampa. Kamu bisa bareng mereka setiap hari, tapi kalau gak ada ruang untuk menjadi diri sendiri atau bercerita jujur, maka relasi itu tetap gak cukup bikin kamu merasa ‘terhubung’.

Di balik foto hangout yang ceria, bisa aja ada jarak yang gak terlihat. Kita sering basa-basi soal drama TV, meme, atau gosip viral, tapi jarang banget bahas hal yang bikin kita gelisah. Padahal koneksi yang kuat justru muncul dari keberanian untuk buka lapisan terdalam diri. Pastinya itu gak bisa dilakukan disaat yang terlalu cepat dan penuh distraksi.

2. Media sosial bikin dekat secara visual, jauh secara emosional

ilustrasi menggunakan media sosial (pexels.com/karolina-grabowska)

Scroll timeline, kamu bakal lihat teman-temanmu liburan, dapet promosi kerja, punya pasangan baru, atau pamer aesthetic lifestyle. Semua itu menciptakan ilusi bahwa hidup mereka lebih sempurna dari kamu. Dan ketika kamu merasa kosong, kamu mulai mempertanyakan validasi perasaan diri sendiri.

Media sosial bikin kita sering merasa terkoneksi, padahal sebenarnya kita hanya melihat highlight hidup orang lain. Komentar dan likes bukanlah bentuk perhatian yang bisa menggantikan pelukan, tatapan mata, atau obrolan jujur dari hati ke hati. Kamu butuh koneksi nyata, bukan validasi digital.

3. Kamu terlalu sibuk sampai lupa bangun hubungan bermakna

ilustrasi berbicara dengan anak (pexels.com/cottonbro)

Semakin dewasa, kamu mulai sadar bahwa waktu bareng orang-orang terdekat gak sebanyak dulu. Pekerjaan, target hidup, dan tekanan sosial bikin semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Jadwal ketemu jadi fleksibel banget, alias gak pernah kejadian.

Padahal hubungan yang dalam butuh waktu dan usaha. Tanpa quality time, koneksi akan memudar. Kamu mungkin masih sering chat, tapi itu gak cukup buat mengobati rasa kesepian. Kadang kamu rindu ngobrol dan diskusi panjang soal hal remeh, atau sekadar duduk ngopi bareng. Sayangnya, kesibukan bikin semua itu jadi sulit.

4. Sering takut dibilang terlalu sensitif atau drama

ilustrasi sedih (pexels.com/polina zimmerman)

Banyak orang tumbuh di lingkungan yang gak memberi ruang untuk jujur tentang rasa kesepian, marah, atau sedih. Kamu diajarkan buat selalu kuat, ceria, dan baik-baik saja. Akibatnya, kamu menyembunyikan perasaanmu dari teman-teman, karena takut dianggap beban atau terlalu mellow.

Ketika gak ada ruang aman untuk jadi diri sendiri, kamu otomatis menutup akses orang lain untuk benar-benar mengenalmu. Kamu bisa terlihat bahagia, lucu, dan menyenangkan, tapi di dalamnya kamu justru kesepian karena gak ada yang benar-benar tahu perasaanmu.

5. Koneksi diri sendiri yang terputus

ilustrasi merasa sedih (unsplash.com/abbiebernet)

Kadang rasa kesepian itu datang bukan karena kamu sendirian, tapi karena kamu kehilangan koneksi dengan dirimu sendiri. Kamu terlalu sibuk mengikuti arus, memenuhi ekspektasi orang lain, sampai lupa apa yang sebenarnya kamu butuhkan atau rasakan.

Self-awareness adalah dasar dari koneksi yang sehat, termasuk dengan orang lain. Ketika kamu gak paham apa yang kamu rasakan atau butuhkan, kamu akan sulit menyampaikannya ke orang lain. Saat itu terjadi, kamu bisa merasa sendiri, bahkan di tengah keramaian.

Kesepian bukan soal jumlah teman, tapi kualitas koneksi yang kamu punya. Tak mengapa melambat sejenak, kamu gak sendirian. Ketika kamu berani membuka diri lebih dalam, kamu akan menemukan bahwa banyak orang merasakan hal yang sama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team