Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi potret Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi (Теве, Андре, Public Domain, via Wikimedia Commons)

Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi merupakan pendiri sekaligus sultan pertama dinasti Ayyubiyah. Pemimpin yang lahir pada 1137 M ini, memiliki kepribadian yang bijaksana dan tegas dalam setiap langkah kehidupannya. Bahkan, dalam waktu yang sama ia juga merupakan panglima perang yang mampu memberikan sumbangsih dalam peradaban.

Dalam memajukan peradaban, para pemimpin dinasti besar Islam terkenal selalu mengedepankan sikap terpuji. Begitu pun dengan Shalahuddin, selama hidupnya terdapat banyak sikap terpuji yang bisa kita teladani untuk kehidupan sehari hari.

1. Panglima tempur yang selalu bersemangat dan menyayangi dalam perjuangan

ilustrasi potret Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi (Unknown author, Public Domain, via Wikimedia Commons)

Dinasti Ayyubiyah merupakan daulah Islam yang erat hubungan kisahnya dengan perang Salib. Terutama Shalahuddin, bahkan sejak masa mudanya ia sudah berbaur dengan bidang militer. Mulai dari berlatih menunggang kuda, melempar tombak, berburu, dan berbagai pelatihan perang lainnya yang mengalir begitu saja dalam kehidupannya.

Pengetahuan seperti ini dimanfaatkan dengan baik oleh Shalahuddin, terutama saat menjadi wakil pamannya, Asadudin Syirkuh, dalam membantu Dinasti Fatimiyah di Mesir yang saat itu sedang terjadi kekacauan. Namun, misi ini bertepatan dengan rencana pasukan Salib yang ingin menguasai Mesir. Dan, inilah yang menjadi awal perjalanan Shalahuddin menjadi tentara perang, hingga pada masa berikutnya menjadi andalan dalam berbagai misi perdamaian pemberontakan serta Perang Salib.

Perang Salib merupakan perang yang terjadi secara berkelanjutan, bahkan banyak sekali para pemimpin yang terlibat dalam perang ini. Salah satunya Shalahuddin, dibawah kekuasaannya yang saat itu juga sebagai pemimpin Dinasti Ayyubiyah, ia berhasil menguasai Baitul Maqdis pada tahun 1099 M. Bahkan, penyerahan Baitul Maqdis dilakukan secara damai oleh Balian of Ibelin dari pasukan Salib dan menyepakati perjanjian damai bersama Shalahuddin.

Dilansir dari buku Shalahuddin Al Ayyubi : Sang Penakluk Yerusalem karya Abdul Latip Talib, Shalahuddin tidak melakukan kekerasan terhadap penduduk Kristen di Baitul Maqdis, rakyat dikawal dengan ketat oleh tentara muslim ketika keluar dari Baitul Maqdis. Kejadian yang sama juga terjadi pada perang Salib berikutnya yang melibatkan Shalahuddin. Kemenangannya tidak harus dihiasi dengan pertumpahan darah, namun ia juga menawarkan solusi lain seperti melakukan gencatan senjata, membantu korban dan keluarga korban yang terluka atau meninggal saat perang, melakukan perjanjian damai antara tentara muslim dan pasukan Salib, serta membebaskan orang-orang Kristen melakukan ziarah tanpa gangguan ke Baitul Maqdis.

2. Memelihara sikap wara' agar bisa selalu dekat dengan Allah Swt.

Editorial Team

Tonton lebih seru di