Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi suasana ngobrol jadi positif (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Intinya sih...

  • Nasihat tidak diminta dapat memperkeruh suasana dan dianggap sok tahu
  • Dengarkan teman saat ia hanya ingin didengar, jangan selalu membicarakan diri sendiri
  • Pertimbangkan kedekatan dan pengalaman sebelum memberikan nasihat, jangan memaksakan opini

Mengucapkan nasihat tentu adalah hal baik. Ini menunjukkan bahwa, kamu peduli pada sahabatmu. Namun, untuk menyampaikan nasihat yang efektif, kamu pun perlu memperhatikan situasi dan kondisi.

Bukannya ikut kompromi dengan hal yang salah, ya, tapi maksudnya adalah, bijaksana untuk memilah kapan waktunya diam dan mendengar, kapan untuk berbicara. Pada lima situasi ini, nasihat yang kamu lontarkan hanya akan memperkeruh suasana.

1.Ketika nasihat dan pendapatmu tidak diminta

ilustrasi wanita (pexels.com/Alena Darmel)

Nasihat yang tidak diminta hanya akan menjadi bumerang bagi diri sendiri. Kamu akan dianggap sok tahu, apalagi ketika orang yang kamu nasihati sebenarnya tidak memiliki hubungan dekat denganmu.

Alhasil, ucapanmu pun akan dianggap bagai angin lalu. Setulus apa pun niatmu, akan selalu dipandang buruk. Ini karena, belum ada rasa percaya yang terbentuk. Belajarlah untuk kekang mulut saat nasihat dan pendapatmu tidak diminta, karena nasihat yang diberikan secara gegabah akan terdengar bagai penghakiman.

2.Ketika sahabatmu hanya minta didengar

ilustrasi wanita mengobrol (pexels.com/Antoni Shkraba)

Saat temanmu sudah menegaskan bahwa ia hanya ingin didengar, maka dengarkan saja. Telan dulu semua cerita, omelan, keluhannya.

Eits, tidak berarti kamu selalu setuju, ya. Berbeda antara mendengar dan selalu setuju dengan yang dikatakan temanmu. Nanti, setelah sahabatmu sudah merasa lebih tenang dan bisa menerima perspektif baru, baru kamu boleh menyampaikan sudut pandangmu.  

3.Ketika kamu ingin mengenal lawan bicara lebih dalam

ilustrasi pasangan (pexels.com/cottonbro studio)

Gak jarang dalam percakapan apa pun, bahkan percakapan kasual dengan teman atau sahabat, kita tergoda untuk membicarakan tentang diri sendiri. Semua topik mendadak tentang aku: perspektifku, pengalamanku, pendapatku, aku, dan aku. Saat ada perbedaan pendapat, kamu langsung banting setir memutar arah percakapan kembali ke arahmu.

Kalau kamu terus melakukan ini, kapan kamu akan mengenal lawan bicaramu? Yang ada, doi keburu muak dengan topik obrolan yang pada akhirnya menjurus ke arahmu. Tidak ada yang salah dengan mengemukakan pendapat, tapi kamu pun harus memperhatikan timing-nya.

4.Ketika kamu belum terlalu akrab dengan orang itu

ilustrasi wanita mengobrol (pexels.com/Tim Douglas)

Coba bayangkan, ketika tiba-tiba orang yang baru kamu kenal dalam sehari—mungkin hanya tahu nama—memberimu nasihat macam-macam tentang hidup. Mungkin kamu hanya akan memberi senyuman tipis sembari membatin, Ada yang salah dengan orang ini.

Secara alami, kita pasti akan mendengar orang yang kita percaya. Dan kepercayaan tidak bisa tumbuh dalam sekejap. Sebelum kamu membuang-buang waktu dan tenaga untuk berbicara tanpa didengar, coba tanya dirimu dulu, apa kamu sudah cukup dekat dengan orang itu untuk memberinya nasihat?

5.Ketika kamu tidak yakin dengan pendapatmu sendiri

ilustrasi wanita mengobrol (pexels.com/Sam Lion)

Ada beberapa orang yang demi terlihat bijak dan dewasa, ingin selalu memberi opini dan masukan dalam hidup orang. Padahal, ia sendiri tidak terlalu paham atau belum pernah mengalami apa yang orang tersebut alami.

Memaksakan memberi nasihat malah bisa membahayakan dirimu dan orang itu. Bagai orang buta menuntun orang buta, nasihatmu sama sekali tidak membantu. Tidak apa-apa, kok, untuk mengatakan “tidak tahu” saat kamu memang tidak bisa memberi saran. Jauh lebih baik dibanding bersikap sok bijak.

Tidak mudah menahan diri sendiri untuk diam, ada ego yang besar yang harus dilawan. Tapi, biar lima situasi di atas mengingatkan kita kalau tidak selalu berbicara adalah solusinya. Terkadang, cukup dengan diam dan mendengar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team