Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi merasa khawatir (pexels.com/RODNAE Productions)
ilustrasi merasa khawatir (pexels.com/RODNAE Productions)

Kekhawatiran membuat seseorang tidak memiliki kecerdasan diri. Apalagi saat dihadapkan situasi penting dan mendesak. Bisa dipastikan memiliki pertimbangan kurang cermat. Akibatnya, salah mengambil keputusan dengan risiko terburuk.

Tentu kita harus menyadari sedang terjebak fase kekhawatiran. Karena ini bisa dilihat dari perubahan sikap dan tingkah laku. Bahkan bisa diamati secara nyata jika kita memiliki sikap peka. Apa saja tanda bahwa seseorang sedang terjebak siklus kekhawatiran? Mari kenali.

1. Kesulitan dalam berkonsentrasi

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Terjebak siklus kekhawatiran bisa mengganggu kinerja dan produktivitas. Tapi masih banyak orang yang tidak menyadari persoalan satu ini. Padahal, tanda-tanda terjebak siklus kekhawatiran bisa diamati secara nyata.

Salah satunya kesulitan dalam berkonsentrasi. Seorang tidak mampu mengerahkan fokus secara penuh dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Kekhawatiran membuat mental dan pikiran tidak seimbang sehingga tidak mampu mengambil solusi yang efektif.

2. Kerap berputus asa

ilustrasi putus asa (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kekhawatiran. Sudah berapa kali kita dihadapkan dengan situasi demikian? Padahal terjebak siklus kekhawatiran memiliki dampak negatif yang nyata. Kestabilan emosi dan pikiran bisa dipastikan terganggu.

Oleh sebab itu, mari kita mengenali tanda sedang terjebak siklus kekhawatiran. Diantaranya kerap berputus asa. Sejak awal sudah memiliki perspektif negatif. Meskipun sedang menghadapi permasalahan kecil dan situasi yang sebenarnya tidak rumit.

3. Menghindari situasi atau tanggung jawab

ilustrasi merasa malas (pexels.com/Karolina Grabowska)

Terjebak siklus kekhawatirannya memang menjadi tantangan. Pasalnya, banyak orang tidak menyadari situasi satu ini. Mereka tidak memperhatikan jika siklus kekhawatiran bisa diamati dari tanda-tanda yang terdapat dalam diri.

Apa saja itu? Salah satunya menghindari situasi atau tanggung jawab. Diantaranya dengan melempar beban tugas kepada orang lain. Atau sengaja tidak mengerjakan sama sekali. Sikap khawatir yang berlebihan membuat seseorang tidak berani menyelesaikan beban atau tanggung jawab yang ada dalam kendalinya.

4. Terlalu banyak rencana namun minim aksi

ilustrasi melihat perencanaan (pexels.com/Christina Morillo)

Ketidakstabilan emosi dan pikiran terjadi ketika seseorang terjebak siklus kekhawatiran. Tidak hanya dalam jangka pendek, tapi siklus ini berlangsung terus menerus. Tanpa disadari jika siklus kekhawatiran juga memiliki beberapa tanda yang bisa diamati.

Salah satunya terlalu banyak rencana namun minimal aksi. Kita menyusun terlalu banyak daftar tujuan tapi tidak diimbangi dengan upaya merealisasikan. Padahal ini menjadi tonggak awal dari siklus kekhawatiran. Rencana tanpa aksi memunculkan sikap pesimis di kemudian hari.

5. Selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan

ilustrasi merasa ragu (pexels.com/SHVETS Production)

Seringkali kita tidak menyadari siklus kekhawatiran yang hadir. Seolah tidak mau tahu jika kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus menerus. Padahal, sikap kekhawatiran berpengaruh kestabilan emosi sekaligus pola pikir.

Penting bagi kita untuk mengenali siklus tersebut sejak awal. Salah satu tandanya selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Sejak awal tidak memiliki prinsip dan pendirian yang jelas. Tidak jarang, keputusan yang diambil justru tanpa arah.

Terjebak siklus kekhawatiran menjadi awal dari fase buruk yang terjadi. Tidak hanya mempengaruhi kinerja, namun juga kestabilan emosi dan pola pikir. Kita harus mulai mengenali tanda-tanda tersebut sejak awal. Jangan biarkan siklus kekhawatiran berlangsung tanpa ada upaya untuk memperbaiki diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team