5 Tantangan saat Belajar Menerapkan Slow Living, Malah Jadi Cemas?

Slow living atau cara hidup yang lebih lambat kini sedang menjadi tren. Banyak orang mulai menyadari bahwa hidup dengan irama yang terlalu cepat tidak baik buat kesehatan fisik, psikis, serta hubungan dengan orang-orang terdekat seperti keluarga. Mereka tidak mau waktunya habis hanya untuk bekerja.
Kegiatan yang juga gak mungkin dilakukan seumur hidup mereka. Dengan menerapkan slow living, kualitas hidup diharapkan meningkat serta mengurangi kemungkinan mengalami post power syndrome setelah pensiun. Mereka lebih menyadari berjalannya hari demi hari, menikmati waktu yang dimiliki, serta mencapai keseimbangan hidup.
Namun, jika kamu juga ingin melambatkan irama hidupmu mungkin tidak langsung berhasil. Bahkan, terkadang dirimu lantas memilih kembali ke cara hidup lama yang selalu terburu-buru. Berikut lima tantangan yang dihadapi. Slow living tidak selalu bisa dijalankan berdasarkan keinginanmu saja.
1. Tuntutan pekerjaan belum tentu memungkinkan buat slow living
Semua keputusan dalam hidupmu memang ada di tanganmu. Akan tetapi, kamu juga bagian dari berbagai sistem yang lebih besar. Salah satu sistem yang berpengaruh kuat ialah pekerjaan. Dirimu yang bekerja secara tetap di sebuah kantor dan punya begitu banyak tugas tidak bebas mengubah cara hidup menjadi slow living.
Contohnya, dalam sepekan saja kamu dapat ditugaskan ke luar kota lebih dari sekali. Dirimu makan malam dan sarapan di kota yang berbeda. Saat kamu tidak ditugaskan ke luar negeri, dirimu tak hanya lembur di kantor. Pekerjaan pun selalu ada yang dibawa ke rumah dan menjadi bagian dari akhir pekanmu.
Tuntutan pekerjaan yang begitu tinggi menyulitkanmu buat menjajal cara hidup yang lebih lambat. Sekalipun kamu sangat menginginkannya, selama pekerjaanmu sama mungkin tidak akan pernah terlaksana. Pekerja lepas atau karyawan yang jam kerjanya jelas lebih mudah buat beralih ke slow living. Sementara mengambil langkah resign juga gak baik untukmu bila tak dibarengi adanya pekerjaan pengganti atau jaminan kesejahteraan dari pasangan.