Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi belanja (pexels.com/Max Fischer)

Lebaran memang menjadi momentum yang dinanti-nantikan. Tidak heran banyak orang menyiapkan segala cara untuk mengistimewakan momen tersebut. Namun, hal positif tersebut bisa jadi sebuah masalah karena berpotensi berkembang menjadi sifat konsumerisme. Bukan tidak mungkin pasca lebaran usai, dampak pengeluaran akibat konsumerisme ini masih terjadi secara berkelanjutan.

Tekanan konsumen yang muncul jelang lebaran bisa mempengaruhi kondisi keuangan. Tapi, seringnya seseorang justru kurang menyadari hal tersebut. Bahkan, tak sedikit yang menganggap konsumerisme adalah situasi yang wajar. Untuk meningkatkan sikap waspada, mari kenali tekanan konsumerisme secara detail dan teliti agar kamu tak terjebak pada lebaran kali ini!

1. Keinginan mengikuti tren yang dianggap keren

ilustrasi perempuan berhijab (pexels.com/The Lazy Artist Gallery)

Lebaran memang tinggal menghitung hari. Seharusnya, ini menjadi momen istimewa yang dinanti-nantikan. Sayangnya, bagi beberapa orang lebaran malah tak bisa terlepas dari kebiasaan buruk jika tanpa sadar kamu dihadapkan dengan tekanan konsumerisme yang muncul secara berlebihan. Salah satunya adalah keinginan mengikuti tren yang dianggap keren. Contohnya adalah ketika kamu membeli banyak baju maupun tas hanya untuk mengikuti kepuasan sesaat. Kalau tidak bisa memenuhinya, kamu menganggapnya sebagai suatu aib memalukan. Kamu rela pengeluaran membengkak jauh dari batas yang seharusnya hanya untuk memenuhi hal ini. 

2. Perasaan gengsi tidak bisa mengikuti persaingan sosial

Editorial Team

Tonton lebih seru di