Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tips agar mental tetap tenang meski keadaan darurat
ilustrasi tips agar mental tetap tenang meski keadaan darurat (pexels.com/Tiana)

Hidup memang penuh dengan kejutan, dan terkadang kejutan itu datang dalam bentuk situasi krisis yang gak kita inginkan. Saat bahaya datang tiba-tiba, respon alami tubuh adalah panik, namun mengetahui tips agar mental tetap tenang meski keadaan darurat adalah kunci utama untuk keselamatan diri. Dengan pikiran yang jernih, kita bisa mengambil keputusan yang tepat dan menghindari risiko yang lebih besar.

Rasa takut dan cemas saat menghadapi bahaya memang hal yang sangat manusiawi dan wajar terjadi pada siapa saja. Namun, membiarkan rasa panik menguasai diri hanya akan membuat situasi menjadi semakin runyam dan membahayakan keselamatan kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melatih otak agar bisa beralih dari mode panik ke mode bertahan hidup dengan cepat dan efektif.


1. Kuasai teknik pernapasan box breathing

ilustrasi melakukan teknik pernapasan box breathing (pexels.com/Anna Tarazevich)

Dalam keadaan darurat, detak jantung dan napas pasti akan meningkat dengan cepat dan pendek. Hal ini terjadi karena tubuh menghasilkan adrenalin yang berlebihan, yang menyebabkan respon fight-or-flight atau keinginan untuk lari. Untuk mengatasi masalah ini, kita harus secara sadar melakukan teknik pernapasan agar tubuh kembali rileks dan mengirimkan sinyal aman ke otak.

Box breathing adalah salah satu metode yang paling efektif dan sering digunakan oleh tim penyelamat profesional. Caranya cukup sederhana dengan menarik napas selama empat hitungan, tahan napas selama empat hitungan, hembuskan selama empat hitungan, dan tarik napas lagi sebelum menarik napas kembali. Lakukan siklus ini beberapa kali sampai detak jantung kita mulai berkurang dan pikiran kita menjadi lebih fokus, ya.


2. Fokus pada apa yang bisa kita kontrol saat ini

ilustrasi fokus mencari jalan keluar (pexels.com/Artem Podrez)

Dalam keadaan bencana atau kecelakaan, kita sering merasa lumpuh karena beratnya masalah yang ada di depan mata. Melihat keadaan secara keseluruhan yang tampak mengerikan dapat membuat kita tertekan dan bingung harus berbuat apa. Mengalihkan perhatian dari "bencana besar" menjadi "tindakan kecil" yang dapat dilakukan sekarang juga adalah penting, lho.

Cobalah untuk membagi masalah besar tersebut menjadi bagian kecil yang dapat diselesaikan dengan cepat. Contohnya, alih-alih berpikir tentang cara terbaik untuk menyelamatkan semua barang berharga, lebih baik fokus pada mencari jalan keluar terdekat atau mendapatkan alat untuk berkomunikasi. Rasa kendali, atau sensasi kontrol, akan membuat kita fokus melakukan tindakan kecil. Rasa kendali ini sangat penting untuk mempertahankan kestabilan mental, lho.


3. Lakukan teknik "grounding" untuk mencegah disosiasi

ilustrasi grounding di alam bebas (unsplash.com/Clint McKoy)

Seseorang mungkin mengalami disosiasi, yaitu perasaan gak nyata atau seperti bermimpi, karena sangat terkejut dengan situasi darurat. Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat membuat kita diam dan gak memperhatikan bahaya yang mendekat. Agar kita dapat bertindak sigap, kita harus segera “sadar" kembali saat ini.

Untuk mengembalikan ke realitas, panca indera bisa dimanfaatkan dalam teknik grounding metode 5-4-3-2-1. Coba sebutkan lima benda yang dapat dilihat, empat benda yang dapat disentuh, tiga suara yang didengar, dua bau yang dapat dicium, dan satu rasa di mulut. Latihan sederhana ini membantu kita menjadi lebih sadar akan lingkungan sekitar dan menghentikan badai kecemasan.


4. Ubah narasi dalam diri dengan kata-kata positif

ilustrasi positive thinking (pexels.com/Keira Burton)

Saat berada dalam bahaya, otak cenderung memikirkan hal-hal yang mengerikan atau situasi terburuk yang mungkin terjadi. Suara-suara negatif seperti "kita gak akan selamat" akan membuat kita gak dapat berpikir logis. Dengan memberi instruksi yang tegas dan menenangkan kepada diri sendiri, kita harus segera memecahkan pikiran buruk ini.

Coba ulangi kata-kata positif seperti "kita pasti bisa mengatasi ini", "kita aman saat ini," atau "ayo, tetap fokus pada jalan keluar." Ini bukan sekadar dorongan tanpa tujuan; itu adalah metode psikologis yang bertujuan untuk mengalihkan perhatian kita dari rasa takut ke logika, lho. 


5. Batasi asupan informasi yang simpang siur

ilustrasi batasi asupan informasi yang simpang siur di internet (pexels.com/Porapak Apichodilok)

Dalam situasi darurat, rumor dan berita bohong seringkali menyebar lebih cepat daripada api, dan ini adalah musuh utama ketenangan menta, lhol. Membaca pesan berantai yang menakutkan di grup chat atau media sosial hanya akan memicu kepanikan berlebih yang gak perlu. Kita harus disiplin untuk menutup telinga dari kebisingan informasi yang gak valid dan gak membantu situasi saat itu.

Fokuskan diri hanya pada arahan resmi yang diberikan oleh pihak berwenang atau tim penyelamat yang hadir di lokasi kejadian. Jika kita memiliki ponsel, gunakanlah hanya untuk berkomunikasi dengan orang penting atau mengikuti kanal berita resmi daripada membaca spekulasi liar dari netizen. Membatasi jumlah informasi yang masuk ke dalam otak akan membantu kita menghemat energi dan tetap tajam dalam melihat peluang keamanan yang tersedia.

Meskipun situasi darurat gak dapat diprediksi, kita dapat mempersiapkan reaksi kita mulai dari sekarang. Ketenangan merupakan keterampilan mental yang dapat dipelajari melalui pemahaman dan latihan. Ingatlah selalu untuk menerapkan tips agar mental tetap tenang meski keadaan darurat ini, karena dengan ketenangan bisa menyelamatkan nyawa dan orang-orang di sekitar kita, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team