Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orang berpikir (pixabay.com/RobinHiggins)
ilustrasi orang berpikir (pixabay.com/RobinHiggins)

Setiap manusia dalam menjalankan kehidupannya pasti memiliki prinsip hidup yang berbeda-beda, ya. Dimana prinsip-prinsip itu otomatis memiliki tujuan terbaik versi pelakunya, nih. 

Sayangnya, terkadang apa-apa yang kita tujukan untuk kebaikan diri kita itu ternyata salah jalan, lho. Yang mana jika terus-menerus masih menggunakan prinsip hidup seperti itu hanya akan memberikan sebuah penyesalan terdalam. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Langsung simak penjelasan lengkapnya di bawah ini, ya. 

1. Over memikirkan masa depan dari kehidupan

ilustrasi orang bekerja (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Siapa yang tak mau mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya? Rasanya semua orang menginginkannya, ya. Oleh karenanya, untuk menjadi orang sukses, maka semua cara akan ditempuh dengan sekuat-kuatnya kemampuan yang kamu miliki. Sebenarnya sih hak tersebut tidak salah dan tujuannya juga sangat baik untuk masa depanmu.

Tapi, pernah gak sih kamu berpikir bahwa setiap manusia itu punya batasannya masing-masing? Coba pikirkan. Makna dari batasan tersebut yakni dengan sekuat apa pun kamu mempertaruhkan segalanya kalau memang sudah sampai titik paling ujung, ya, kamu bisa apa? Jangan buang-buang tenaga, waktu, bahkan finansialmu untuk hal besar yang realitanya tak mampu kamu gapai.

Poin utama akan pembahasan ini adalah jangan sampai kamu sibuk mencapai kesuksesan sampai kamu lupa bahwa kamu bisa meninggal dunia kapan saja. Secara kasarnya kamu yang terus memikirkan hidup sampai lupa kamu bisa meninggal dunia kapan saja. Jadi, jangan lupa hidup sehidup-hidupnya dengan menikmati kehidupanmu saat ini. Awas menyesal saat semuanya sudah tak bisa diperbaiki lagi, lho!

2. Over menyayangi orang terkasih

ilustrasi pasangan (pixabay.com/panajiotis)

Rasanya saat sudah menyayangi seseorang tuh, rela berkorban apa saja untuknya, ya. Bahkan nih, ada istilah yang mengatakan bahwa seseorang yang saling mencintai rela berkorban nyawa, lho.

Nah, berbicara mengenai nyawa, pernah gak sih kamu berpikiran kalau orang terkasihmu itu bisa meninggal dunia kapan saja? Mungkin kamu paham kalau setiap orang bisa meninggal kapan saja tapi belum terpikirkan bahwa orang tersebut bisa saja orang yang kamu sayangi.

Maka dari itu, sejatinya berlebihan dalam menyayangi seseorang itu juga tak baik. Percayalah bahwa setiap manusia itu milik Tuhan yang kapan saja bisa diminta untuk pulang. Daripada kamu over menyayangi seseorang yang terkadang sampai lupa mencintai dirimu sendiri. Maka, lebih baik persiapan kenyataan pahit yang pasti terjadi bahwa orang yang kamu sayangi akan meninggal dunia atau kamu yang akan meninggalkannya terlebih dahulu.

Bijaknya, hargai waktu yang ada dengan saling menyayangi namun tetap dengan porsi sewajarnya saja. Ingat baik-baik untuk sedia payung sebelum hujan. Jangan sampai kamu tak punya alternatif kehidupan usai orang yang kamu sayangi pergi dari kehidupanmu.

3. Berambisi keluar dari zona nyaman

ilustrasi orang sedang fokus (pixabay.com/SnapwireSnaps)

Pernah gak sih kamu terpikirkan untuk keluar dari zona nyamanmu? Rasanya banyak orang melakukannya, nih. Hal tersebut karena orang-orang itu yang mungkin juga kamu merasa bahwa zona nyamanmu itu tak memberikan keuntungan apapun dalam hidup. Ketika seseorang ingin memperbaiki hidupnya yang dirasa salah itu adalah hal yang bertujuan baik.

Tapi, apakah kamu sudah yakin bahwa zona nyamanmu itu bukan pintu dari kebaikan masa depanmu? Coba pikirkan baik-baik daripada kamu terjerumus masuk pada zona tak nyaman dengan alih-alih ingin memperbaiki hidup padahal aslinya kuncinya berada pada zona nyaman yang telah kamu tinggalkan.

Coba ubah pandangan menjadi, apakah kamu tak kepikiran untuk memperluas atau mengembangkan zona nyamanmu saja daripada harus memaksa masuk pada zona yang tak membuatmu nyaman? Sekali lagi pikirkan baik-baik, ya.

4. Terlalu fokus memperbaiki kesalahan dari satu pihak

ilustrasi orang merenung (pixabay.com/artsysolomon)

Saat melakukan evaluasi diri agar hidup kedepannya jadi lebih baik, urusan segala hal tentang kesalahan tak luput untuk dikoreksi. Apakah hal tersebut salah? Jelas tidak karena memiliki tujuan yang baik, ya. Namun, banyak orang yang belum sadar bahwa kesalahan itu bukan cuma satu titik gelap yang masuk dari satu pintu saja.

Ingat bahwa segala sesuatu yang ada pada muka Bumi ini selalu berdampingan, layaknya ada pagi yang begitu cerah yang akan berganti malam dengan kegelapannya. Begitu juga dengan kesalahan yang menimpamu, mungkin selama ini kamu terfokus pada perbaikan faktor eksternal saja tapi internalnya belum bahkan tidak menyadarinya?

Atau mungkin kamu hanya memperbaiki secara sepihak yang tak akan ada ujungnya. Hal tersebut lantaran memperbaiki dua arah juga dibutuhkan kerja sama antar kedua belah pihak yang bersangkutan. Jika tidak, maka tujuan baikmu untuk mengevaluasi diri jadi sia-sia, lho!

5. Selalu membahagiakan diri dengan semua konsep sekadar keinginan

ilustrasi orang bahagia (pixabay.com/JillWellington)

Siapa sih, yang tak mau berbahagia dalam hidupnya? Berasa jadi manusia yang sia-sia saat menyia-nyiakan kebahagiaan hidup, ya. Sebenarnya sih konsep setiap orang berhak hidup bahagia memang hal yang benar adanya. Bahkan setiap orang punya kewajiban untuk memenuhi tujuannya hidup yakni dengan berbahagia.

Akan tetapi, semakin lama kamu tak sadar bahwa konsep bahagiamu itu mulai salah. Bisa saja kebahagiaanmu itu hak orang lain atau rasa bahagiamu itu hanya sebuah rasa yang semu. Apa sih yang mendasari hal itu? Jawabannya adalah karena kebahagiaan yang itu hanyalah sekadar keinginan tanpa memiliki nilai positif apa pun.

Coba sekarang pikirkan ada berapa kebahagian yang sejatinya bahagia dan telah kamu lewatkan begitu saja? Sesederhana memiliki hati yang tenang, aman, damai, dan nyaman itu contoh sederhana dari kebahagiaan, lho.

Mungkin saat ini kamu mulai merasakan bahwa beberapa prinsip hidupmu yang semula bertujuan baik itu ternyata tak seindah kenyataannya. Mungkin juga kamu masih berusaha untuk terus menyangkalnya lagi, lagi, dan lagi. Jika sudah seperti itu, jangan salahkan keadaan jika konsep bahagiamu akan kehidupan itu ke depannya justru jadi bumerang untuk dirimu sendiri. Selalu berpikir rasional dan waspada selalu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team