6 Dampak Buruk saat Kita Memandang Diri Berdasarkan Standar Orang Lain

Keberagaman di lingkungan sekitar terkadang mempengaruhi sudut pandang. Kita memandang diri sendiri berdasarkan ukuran dan standar milik orang lain. Baik dari segi pencapaian karier, keberhasilan dalam kehidupan pribadi, atau untuk aspek hidup yang penting dan prioritas.
Kita menetapkan standar orang lain sebagai keharusan yang wajib diikuti. Seolah tidak memberikan ruang bagi diri sendiri untuk merasakan kebebasan. Terlalu sering memandang diri sendiri berdasarkan ukuran orang lain ternyata membawa dampak buruk. Apakah kamu siap menghadapi deretan hal berikut?
1. Rasa percaya diri mengalami penurunan
Standar yang ditetapkan orang lain mungkin terlihat mengagumkan. Dengan standar tersebut, mereka berhasil meraih kehidupan yang tertata. Tapi apakah layak bagi kita untuk menetapkan standar yang sama bagi diri sendiri?
Tentu menjadi sisi buruk saat kita memandang diri berdasarkan ukuran orang lain. Otomatis rasa percaya diri akan mengalami penurunan. Fokus pada pencapaian atau kelebihan orang lain sering membuat seseorang merasa kurang cukup atau tidak berharga.
2. Turut menciptakan beban mental
Terkadang kita memandang diri berdasarkan ukuran yang ditetapkan orang lain. Kemudian memaksa diri untuk bekerja di luar batas kemampuan. Mungkin maksud hati ingin menciptakan kehidupan yang berkualitas. Tapi tindakan tersebut pada faktanya justru menjerumuskan diri.
Kita tidak akan merasakan keberhasilan sebagaimana orang lain. Justru menciptakan beban mental tak berkesudahan. Salah satunya perasaan tertinggal saat sadar tidak mampu menjalani standar yang ditetapkan oleh mereka. Kita tumbuh menjadi individu dengan perasaan minder dan mental terpuruk.
3. Depresi dan hilangnya kepuasan hidup
Pada kenyataannya kita tidak harus mengikuti ukuran yang sudah ditetapkan orang lain. Setiap orang memiliki porsi kemampuan masing-masing yang tidak bisa disamaratakan. Saat kita memandang diri berdasarkan ukuran yang ditetapkan orang lain, tentu akan menghadirkan sisi buruk.
Lambat laun memicu depresi dan hilangnya kepuasan hidup. Terus-menerus merasa iri atau tidak puas membuat seseorang sulit merasakan kebahagiaan atas hal-hal sederhana. Mereka merasa gagal karena tidak bisa meraih standar yang diinginkan.
4. Terjebak perilaku kompetitif yang tidak sehat
Tentu kamu sudah mengetahui bahwa perilaku kompetitif yang tidak sehat akan mengganggu keseimbangan hidup. Bahkan kita tidak mampu menerima diri secara utuh. Tapi situasi demikian ini juga dilatarbelakangi oleh suatu sebab. Salah satunya memandang diri berdasarkan ukuran orang lain.
Otomatis kehidupan yang dijalani akan terpaku pada perbandingan. Seperti merendahkan orang lain atau terus mengejar validasi eksternal. Dalam rangka memenangkan dari tuntutan kompetitif, tanpa sadar kita rela melakukan segala cara. Termasuk dengan perbuatan terlarang.
5. Perfeksionisme yang tidak realistis
Sikap perfeksionis pada batasan yang wajar sebenarnya dapat mendorong kemajuan. Kita termotivasi untuk menunjukkan kinerja terbaik. Tapi berbeda jadinya saat sikap perfeksionis itu sudah di luar batas kendali.
Ini merupakan akibat saat kita memandang diri berdasarkan ukuran orang lain. Membandingkan diri sering kali membuat seseorang menetapkan ekspektasi yang tidak realistis terhadap dirinya sendiri. Ini berujung pada rasa frustrasi dan kegagalan, karena standar yang diinginkan tidak dapat direalisasikan.
6. Kehilangan arah dan identitas diri
Untuk apa kita memandang diri sendiri berdasarkan ukuran yang ditetapkan orang lain? Justru ini membawa dampak buruk yang mengganggu keseimbangan hidup. Situasi demikian ini seharusnya diwaspadai sejak awal.
Diantara dampak buruk tersebut adalah kehilangan arah dan identitas diri. Kita tidak tahu apa tujuan yang sebenarnya diinginkan. Bahkan kerap keliru dalam mengenali prioritas. Secara bertahap akan menjalani hidup dalam pola kekacauan.
Sampai kapan kita mau memandang diri sendiri berdasarkan ukuran orang lain? Padahal sejumlah dampak buruk sudah pasti akan mengikuti. Seperti menciptakan beban mental, atau mungkin terjebak perfeksionisme yang tidak realistis. Oleh sebab itu, mari terapkan perspektif yang bijaksana saat ingin menilai diri secara utuh. Bukan hanya terpaku pada standar dan ketetapan orang lain.