Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi memasak (pexels.com/Kampus Production)

Baper gak hanya bisa terjadi terkait hubungan asmara. Saat seseorang mendapatkan kritik tentang apa pun, ia pun dapat baper. Suasana hatinya menjadi kurang baik. Begitu pula ketika kamu melontarkan kritik untuk masakannya. Gak peduli dia koki profesional atau bukan, komentar yang negatif atas hasil kerja kerasnya bisa amat mengecewakannya.

Ini sebabnya, kamu wajib berhati-hati saat mencicipi apa pun. Tahan lisanmu dari seketika melontarkan komentar yang belum tentu disukai oleh orang yang memasaknya. Lebih dari sekadar suatu masakan terasa lezat di lidahmu atau tidak, dirimu tetap harus mampu menghargai usaha seseorang dalam menyajikan aneka hidangan.

Jangan mengedepankan alasan bahwa kritik tersebut bertujuan buat bikin kemampuan memasaknya meningkat. Tak semua orang peduli dengan peningkatan kemampuan memasak.

Lebih penting bagi mereka boleh jadi sebatas mengenyangkan diri dan memuaskan selera pribadi. Biar kamu gak salah berucap, perhatikan dengan saksama tata krama berikut.

1. Kalau kamu gak bisa masak mending berkomentar positif saja

ilustrasi memasak (pexels.com/Helena Lopes)

Orang yang tidak bisa memasak memang tetap dapat mencicipi aneka masakan. Bahkan mungkin kamu termasuk penggemar wisata kuliner sehingga tahu bermacam-macam menu dan punya standar rasa tersendiri. Namun, berisiko sekali apabila kamu lantas suka mengkritik masakan orang hanya bermodalkan kemampuan merasakan makanan.

Menusia cenderung gak suka dikomentari oleh orang yang bukan ahlinya. Tingkat kepercayaan seseorang yang masakannya dikritik padamu termasuk rendah. Pikirnya, siapa yang perlu memedulikan penilaian seseorang yang bahkan memasak pun tidak bisa?

Kalau hanya mengandalkan kemampuan merasakan, dia pun memilikinya. Akan tetapi, ia juga mempunyai kemampuan memasak yang gak ada di dirimu. Maka dia merasa lebih baik daripada kamu dan kritikanmu terdengar amat lancang baginya.

Daripada ia sebal serta kamu sendiri tersinggung dengan responsnya atas kritikanmu, berkomentar positif saja. Cari poin plus dari masakannya. Poin minusnya gak usah disampaikan.

2. Jika kamu tidak membelinya, syukuri dan nikmati

ilustrasi bersantap (pexels.com/cottonbro studio)

Persoalan yang kerap terjadi adalah orang cenderung lebih gampang mencela justru ketika dia memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan uang. Jangan sampai kamu termasuk di dalamnya karena akan menandakan kurangnya rasa terima kasihmu pada pemberi. Bila dirimu mendapatkan kiriman masakan atau dijamu oleh siapa pun, gak usah berkomentar macam-macam.

Bukannya mengkritik, kamu malah harus menunjukkan rasa gembira karena telah diberi makanan secara cuma-cuma. Selama makanannya tidak basi atau kotor, nikmati penuh rasa syukur. Dengan begitu, makanan tersebut menjadi kebaikan buat orang yang memberikannya maupun dirimu yang menerima dan menyantapnya hingga habis.

Rasanya mungkin memang gak sesuai ekspektasimu. Akan tetapi, banyak hal lain yang lebih positif buat diapresiasi. Pertama, seseorang telah mau berbagai hasil masakannya denganmu.

Tentu tidak semua orang berkesempatan mencicipi masakannya. Kedua, kamu menghemat uang makan. Pemberian dalam bentuk apa pun wajib sangat dihargai.

3. Di warung pun cukup tak usah kembali bila rasanya gak cocok

ilustrasi bersantap (pexels.com/Heber Vazquez)

Mendapatkan makanan secara gratis menuntutmu agar pandai bersyukur dan berterima kasih. Lalu bagaimana dengan bila kamu membeli makanan di warung makan atau restoran? Apakah ini artinya dirimu berhak mengkritik sesuka hati? Pikirmu, kalau makanannya kurang enak dan kamu diam saja berarti merugikanmu sebagai pembeli.

Jangan merasa dirimu berhak melakukan segalanya tanpa memperhatikan etika hanya lantaran telah membayar sesuatu. Rumah makan menyediakan makanan buat banyak orang. Variasi menunya pun banyak sekali. Dari seluruh menu yang ada, kecil kemungkinan kamu akan menyukai semuanya.

Pasti ada menu yang menurutmu rasanya enak, lumayan, dan kurang bisa diterima. Begitu pula pembeli yang lain mempunyai penilaiannya sendiri. Repot sekali apabila juru masak harus mengikuti setiap kritik tentang rasa. Mereka juga pasti gak sembarangan dalam memasaknya. Lebih bijak kamu hanya mengambil menu-menu favoritmu.

Apabila secara umum rasa seluruh masakannya gak cocok di lidahmu, cukup besok-besok tak usah lagi membelinya. Masih banyak rumah makan yang dapat dicoba. Pedagang makanan bahagia sekali jika masakannya dipuji walaupun hanya dalam hal sepele.

Seperti warna sayurannya tetap bagus meski telah dimasak. Sebaliknya, mereka bakal sebal dan merasa tidak dihargai bila dikritik terus olehmu. 

4. Saat seseorang minta masukan, sampaikan secara baik-baik

ilustrasi memasak (pexels.com/Mikhail Nilov)

Orang yang cukup dekat denganmu bisa terlebih dahulu meminta tanggapanmu atas masakannya. Haruskah kamu asal menilai semuanya memuaskan atau lebih jujur kalau ada rasa yang kurang? Apabila seseorang terlebih dahulu menanyakan pendapatmu, secara psikis dia telah lebih siap untuk menerima masukan.

Namun, tetap bukan berarti kamu semaunya sendiri dalam menyampaikannya. Usaha seseorang untuk memasak tetap harus diapresiasi. Pun jangan sampai dirimu membuatnya malu atau menjadi ogah memasak lagi. Oleh sebab itu, sampaikan pujianmu dulu secara jujur.

Baru setelah itu kamu masuk ke poin-poin yang masih perlu diperbaiki. Jangan bilang masakannya gak enak, terlalu asin, atau sayurannya lembek. Saranmu akan lebih mudah diterima olehnya bila dirimu mengatakan garamnya mungkin dapat dikurangi sedikit dan sayurannya dimasak lebih sebentar.

5. Hindari berceramah soal kesehatan saat itu juga

ilustrasi memasak (pexels.com/Vlada Karpovich)

Cara memasak setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang memasak apa pun dalam waktu lama sehingga kandungan gizinya berkurang. Ada pula orang yang menumis dengan terlalu banyak minyak sehingga hasilnya terasa licin dan berlemak. Apa pun itu, cegah kamu seketika menceramahinya tentang kesehatan.

Walaupun apa yang dikatakan benar, ini dapat sangat menyakiti hati orang yang memasak dengan gayanya sendiri. Barangkali dia memang masih perlu menambah pengetahuannya tentang cara memasak yang lebih sehat. Akan tetapi, tidak perlu kamu menceramahinya seperti itu.

Suatu saat dirimu berkesempatan memasak di depannya, tunjukkan saja cara yang lebih baik dalam mengolah bahan makanan. Gak usah banyak bicara.

Sedikit banyak dia pasti memperhatikan ketika kamu menggunakan lebih sedikit minyak dan memasak sayuran sebentar saja. Cukup sekadar matang dan gak sampai lembek. Apabila ia mencicipi dan menyukainya, ia tentu akan belajar mengikuti caramu memasak.

6. Ingat bahwa selera setiap orang berbeda

ilustrasi terpukau (pexels.com/Katerina Holmes)

Apa yang enak bagimu belum tentu enak pula menurut orang lain. Demikian pula sebaliknya sehingga soal perbedaan selera ini mesti diperhatikan. Kamu mungkin menyukai segala makanan yang teksturnya lebih kering dan renyah. Seperti piza yang bagiah bawah dan tepinya lebih kering atau tahu goreng yang garing.

Namun, tidak begitu selera orang lain. Dia menggemari makanan yang terasa lebih lembut ketika digigit. Ada pula orang yang memasak apa pun selalu menambahkan penyedap masakan berupa vetsin. Namun, kamu tidak pernah memakainya dan hanya mengandalkan bawang puting, bawang merah, serta rempah lain di dapurmu.

Atau, seseorang suka menambahkan cukup banyak terasi atau ebi ke masakannya. Sementara itu, dirimu kalaupun memakainya cuma sedikit sekali. Perbedaan-perbedaan seperti ini tak bisa diperdebatkan mana yang lebih enak. Semuanya enak tergantung siapa yang menikmatinya. Hindari menjadikannya bahan utama dalam kritikmu.

Sekalipun sebagian orang akhirnya memasak untuk mendapatkan uang, kegiatan ini berangkat dari usaha memenuhi kebutuhan pribadi akan makanan. Itu sebabnya standar rasa masakan setiap orang tidak dapat disamakan.

Mengkritik masakan seseorang boleh saja apabila dia terlebih dulu memintanya dan wajib untukmu tetap sopan. Di luar permintaan langsung dari orang yang memasak, lebih baik kamu hanya berkomentar positif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team