Ibarat diterjang badai, kehidupan ekonomi masyarakat porak-poranda akibat pandemi yang entah kapan akan usai. Ada sih beberapa pengusaha yang mendapat untung berkali-kali lipat, namun lebih banyak rakyat kecil yang malah ‘buntung’ dengan cepat.
Di satu sisi, pandemi memacu dan merangsang kreativitas dan percepatan pendapatan. Tapi di sisi lain, dan dampaknya paling besar dan terasa, pandemik justru menghancurkan tatanan ekonomi masyarakat, terutama rakyat berpendapatan minim. Ketimpangan sosial inilah yang seharusnya jadi pertimbangan berkesinambungan agar budaya bahu-membahu dan bantu-membantu harus kian gencar digalakkan.
Di masa serbasulit seperti sekarang ini, aksi tolong-menolong yang sering didengungkan oleh guru saat sekolah dasar sudah saatnya lebih intens dipraktikkan. Yang kaya bantu yang tak berdaya. Yang berada sokong yang tak berharta-benda. Yang berkecukupan dorong yang belum mapan. Yang berlimpah tolong yang hanya mengandalkan sedikit upah. Yang hartawan beri yang bisa makan hanya dengan bakwan.
Meski kita bukan pesohor atau bahkan sultan, kita tetap dapat turut andil membantu rakyat kecil dengan aksi sederhana seperti berikut ini. Pst, jangan bengong, langsung praktikkan yuk!