7 Etika dengan Sesama Pemilik Kos-kosan, Jaga Persaingan Tetap Sehat

Kos-kosan di kawasan kampus, rumah sakit, perkantoran, dan pabrik biasanya banyak. Bahkan rumah-rumah yang tadinya cuma difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga pun diubah menjadi kos-kosan. Seperti lantai 1 untuk tempat tinggal pemilik rumah dan keluarganya. Lantai 2 buat kos-kosan.
Menyerupai kawasan pertokoan, kos-kosan bisa berhadapan atau bersebelahan serta sungguh-sungguh cuma terpisah tembok. Ini artinya, persaingan antarusaha kos-kosan juga sangat ketat. Tidak jarang kondisi ini memicu permusuhan antarpemilik kos bila baik kamu maupun pemilik kos-kosan lainnya kurang dewasa.
Berusahalah supaya baik usaha kos-kosan maupun hubungan dengan tetangga tetap berjalan lancar. Kalaupun ada beberapa tetangga pemilik kos-kosan yang berkonflik, pastikan dirimu tidak ikut-ikutan. Perselisihan antarpemilik kos dapat membuat anak kos malah gak nyaman. Perhatikan ketujuh etika dengan sesama pemilik kos-kosan berikut agar tetangga yang memiliki usaha serupa juga segan padamu.
1. Menawarkan kamar tanpa menjelek-jelekkan kos sebelah
Sebagai pemilik kos-kosan, tentu kamu harus pandai-pandai dalam mempromosikan kamar-kamar yang ada. Baik dengan cara memasang papan iklan maupun saat dirimu berkomunikasi langsung dengan calon penghuni kos yang survei lokasi. Akan tetapi, berusaha untuk menarik minat mereka bukan berarti kamu perlu menjelek-jelekkan kos-kosan mana pun.
Bahkan walau dirimu tahu kondisi kos-kosan sekitar memang kurang baik, tak usah membicarakannya di depan calon penghuni kosmu. Fokus saja buat menyampaikan berbagai fasilitas dan aturan yang ada di kos-kosanmu. Jika kamu sibuk menjelek-jelekkan kos-kosan lain, calon penghuni kos malah kurang menyukainya.
Mereka curiga sikapmu cuma bagian dari persaingan yang gak sehat. Bukannya mereka jadi indekos di tempatmu, nanti malah lebih memilih kos-kosan yang pemilik atau penjaganya tak terlalu banyak omong. Bersikaplah tenang dan yakin bila sudah rezekimu tentu mereka bakal tetap memilih kos-kosanmu.