Ilustrasi petani di sawah (Freepik/freepik)
Dulu, petani di beberapa daerah menanam dengan mengikuti siklus air, sehingga permukaan tanah tetap punya daya serap yang baik. Selain itu, ada aturan tak tertulis tentang jenis tanaman musim hujan, rotasi tanaman untuk menjaga struktur tanah, hingga membuka lahan tanpa merusak vegetasi penahan air.
Kini, banyak pola tanam seragam dan intensif yang mengurangi kemampuan tanah menyerap air.
Mengandalkan teknologi saja, seperti drainase, tanggul, pompa air, peringatan cuaca, gak akan cukup jika kita terus menggusur ruang resapan, menutup hutan kecil, dan membiarkan bangunan tanpa memperhatikan karakter lingkungan. Kearifan lokal bukan sekadar romantisasi masa lalu, melainkan adaptasi yang dirancang dengan pemahaman mendalam terhadap alam.
Dengan mengintegrasikan kearifan lokal dengan teknologi modern, kita bisa membangun ketahanan yang jauh lebih tangguh terhadap bencana sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Karena di tengah ancaman curah hujan ekstrem, urbanisasi cepat, dan perubahan iklim, bukan beton semata yang menyelamatkan, melainkan kearifan leluhur dan kesadaran kolektif yang terus dilestarikan.