Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penulis (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Karya yang dipublikasikan sudah tentu akan mendapatkan berbagai respon dari pembaca. Tidak semuanya akan bereaksi secara positif, tapi ada pula yang memberikan kritik bahkan dengan sangat pedas. Sebelum tulisan berupa artikel maupun naskah lain diterbitkan, penulis juga dapat memperoleh kritik dari editor. 

Maka dari itu, penulis memang harus selalu siap mendengarkan berbagai kritik dari siapa saja. Namun, nyatanya kadang tidak mudah bagi mereka dalam menerima kritik. Beberapa penulis bisa kesal, menolak kritik mentah-mentah, atau malah mengalami penurunan semangat dalam menulis. Berikut tujuh penyebab umum yang bikin penulis tutup telinga terhadap kritik.

1. Terbiasa bekerja sendirian

ilustrasi penulis (pexels.com/Antoni Shkraba)

Mayoritas penulis memang bekerja sendirian dari hari ke hari hingga tahun ke tahun. Proses penyelesaian draft tidak melibatkan orang lain. Sekalipun ia melakukan wawancara dengan berbagai pihak, pengerjaan tulisan dilakukan seorang diri.

Sedikit banyak cara kerja individual selama bertahun-tahun memengaruhi gaya interaksinya dengan orang lain. Mereka tidak berinteraksi dengan sesama sebanyak orang yang bekerja secara berkelompok atau di kantor. Orang yang bekerja dalam tim sudah amat terbiasa memperoleh kritik dan masukan dari rekan kerja.

Bahkan kritik dan saran kerap mewarnai percakapan mereka. Namun, penulis hanya menerima kritik selepas tulisannya dibaca oleh orang lain. Ada jeda waktu yang cukup panjang antara proses menulis dengan datangnya kritik. Ini bikin penulis menjadi jauh lebih sensitif terhadap kritik atas hasil kerja mereka.

2. Merasa paling tahu isi tulisannya

Editorial Team

Tonton lebih seru di