Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pexels.com/Rawpixel

Tahun 2019 merupakan tahun politik, di mana masyarakat Indonesia yang sudah memenuhi syarat memilih, berhak menentukan siapa presiden dan wakil presiden serta anggota legislatif untuk 5 tahun ke depan.

Menuju pesta demokrasi 17 April 2019, tentunya beragam pendapat masyarakat tentang dinamika politik banyak bersliweran di dunia maya maupun lewat diskusi santai. Banyak yang berpandangan positif dan tak sedikit pula yang mencibir.

Nah, agar semakin cerdas dan melek politik, ada baiknya kamu menghindari 7 persepsi negatif tentang politik di bawah ini.

1. Politik praktis itu kotor

Pexels.com/Cori Rodriguez

Sebenarnya politik praktis adalah praktek dari teori-teori politik yang ada. Tentunya, ada teori yang bersifat positif dan ada pula yang sama sekali bertentangan dengan hukum dan hati nurani.

Yang tidak boleh ditiru adalah politik pragmatis, di mana kamu memilih seseorang karena faktor kesamaan daerah, agama, ras, suku, hubungan darah atau karena ada iming-iming jabatan maupun sejumlah uang.

Budaya politik seperti itu disebut politik kaula dan parokial. Jadi sebaiknya jangan tiru. Seharusnya budaya politik partisipan seperti mencoblos seseorang karena visi dan misi yang jelas serta anti-hoax yang perlu kamu terapkan.

2. Politik sebagai alat merebut dan mempertahankan kekuasaan

Editorial Team

Tonton lebih seru di