Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seorang pria (pexels.com/mohamedamine abbas)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/mohamedamine abbas)

Ada banyak sekali hal yang bisa disebut dengan pencapaian selama butuh usaha yang serius bahkan tidak sebentar untuk seseorang memperolehnya. Prestasi yang diraih dari memenangkan perlombaan, kenaikan jabatan, kondisi finansial yang makin mapan, terselesaikannya pendidikan dengan baik, dan masih banyak lagi hal yang dapat diartikan sebagai pencapaian. Setiap orang tentu ingin memiliki pencapaian masing-masing.

Sesuatu yang begitu diusahakan bahkan akhirnya tercapai oleh seseorang belum tentu dianggap penting bagi orang lain. Kita sangat bebas mengejar pencapaian yang berbeda. Namun apa pun yang menjadi raihan seseorang, seharusnya dia merasa bangga dengan hasilnya. Kalau perasaan itu sama sekali tidak ada atau kurang, boleh jadi disebabkan oleh salah satu dari tujuh poin berikut.

1. Sadar telah melakukan kecurangan

ilustrasi tidak bersemangat (pexels.com/Ron Lach)

Terkadang orang sampai berbuat curang demi memperoleh keinginannya karena ia berpikir itu pasti bakal membahagiakannya. Tidak ada hal lain yang dikehendakinya selain mendapatkan keinginan tersebut. Akan tetapi, setelah keinginan itu teraih malah perasaannya seperti mengkhianati dirinya.

Bukannya ia senang dan bangga sekali, justru ada rasa tak nyaman bahkan malu. Bagaimanapun juga, hatinya menyadari bahwa sesungguhnya dirinya gak layak buat mendapatkan hal tersebut. Ada orang lain yang lebih berhak, tetapi strategi curang membuatnya mampu membalik keadaan. 

Maka jika kita ingin sungguh-sungguh merasa bangga dengan prestasi diri, kita wajib meraihnya dengan cara-cara yang jujur. Dengan usaha yang lurus, pencapaian yang masih kecil pun bakal bikin kita bangga sekali. Sebaliknya, sehebat apa pun pencapaian tampaknya, cara memperolehnya yang gak benar bikin kita sulit merasa bangga pada diri.

2. Tidak curang, tetapi lawannya terlampau mudah dikalahkan

ilustrasi kemenangan (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Kalau suatu pencapaian diraih dengan bertarung dengan orang lain, rasa kurang bangga bisa timbul lantaran kemampuan mereka yang tak seimbang. Pihak dengan kemampuan jauh lebih tinggi tentu dengan mudahnya mengalahkan lawan. Rasanya justru memalukan sekali apabila pihak yang sudah unggul jauh di atas kertas dapat dikalahkan oleh lawannya.

Kemenangannya memang menjaga nama baiknya dari kehancuran. Namun, prestasi tersebut menjadi kurang membanggakan karena telah seharusnya demikian. Rasa bangga baru akan terasa begitu kuat kalau ia berhasil mengalahkan lawan yang terkenal tangguh bahkan melebihi dirinya.

Lawan yang gak sebanding secara kemampuan saja sudah bikin suatu pencapaian kurang membanggakan, apalagi situasi lain yang membuat orang menang dengan begitu mudah. Misalnya, lawannya memutuskan mundur dari pertandingan sehingga otomatis ia menjadi pemenang. Menjadi juara tanpa pertandingan yang sesungguhnya bikin orang yang meraihnya tak ingin menunjukkan pialanya.

3. Pencapaiannya diremehkan banyak orang

ilustrasi kehilangan semangat (pexels.com/Kristina Polianskaia)

Sikap orang-orang di sekitarnya juga menentukan dia bakal bisa merasa bangga atau tidak atas suatu pencapaian. Sekalipun baginya pencapaian itu amat berarti, sikap orang-orang yang bukannya memuji malah merendahkan akan membuatnya kehilangan rasa bangga. Perasaannya terhadap raihan itu berubah dari semula positif menjadi negatif mengikuti reaksi orang lain.

Maka dari itu, penting untuk kita mampu mengapresiasi pencapaian orang lain walau kita kurang tahu mengenai bidang tersebut. Dengan kemampuan menghargai prestasi orang, kita telah membantunya menjaga suasana hati serta meningkatkan rasa bangganya terhadap hasil kerja keras sendiri. Jangan suka mengecilkan pencapaian siapa pun dan dalam hal apa saja.

4. Masih jauh dari targetnya

ilustrasi seorang pria (pexels.com/August de Richelieu)

Sifat tidak mudah puas memang diperlukan untuk seseorang terus mengejar prestasi. Kalau satu pencapaian saja telah membuatnya merasa cukup, ke depan ia tak akan lagi mencetak prestasi yang setara apalagi lebih hebat. Akan tetapi, mematok target yang terlalu besar serta hanya fokus ke situ juga gak baik buat diri.

Pencapaian hari ini yang sebetulnya juga sudah hebat akan terasa tak berarti. Meski banyak orang memuji bahkan iri padanya, ia tetap merasa belum meraih apa-apa. Dia tidak sempat menikmati momen keberhasilannya saat ini. Padahal, belum tentu target utamanya akan teraih sehingga boleh jadi hidupnya selalu berisi perjuangan yang gak pernah membahagiakannya barang sebentar.

5. Merasa pencapaian itu gak berdampak buat banyak orang

ilustrasi merenung (pexels.com/Karolina Grabowska)

Untuk seseorang merasakan bangga terhadap berbagai pencapaian dalam hidupnya, ternyata tidak cukup hanya dengan menilai dari sisi kerja keras yang telah dicurahkan atau apa artinya buat diri sendiri. Raihan baru akan terasa betul-betul memuaskan jika banyak orang memperoleh kebaikan dari pencapaiannya itu. Ini membuat orang yang meraihnya merasa sudah dan akan terus menjadi pahlawan bagi mereka.

Sebagai contoh, kenaikan jabatan yang diperoleh selepas seseorang bekerja keras. Setelah jabatannya naik kemudian apa? Apabila kenaikan pangkat itu semata-mata menguntungkannya dan tidak ada manfaatnya untuk sesama, rasa bangganya menjadi tidak seberapa. Berbeda dengan seandainya gaji yang meningkat akibat jabatan baru membuatnya lebih banyak bederma. Keputusan tersebut menambah makna dari jabatannya yang sudah lebih tinggi.

6. Lama dikuasai rasa rendah diri

ilustrasi perempuan murung (pexels.com/Milada Vigerova)

Rasa rendah diri memang merusak. Kalau perasaan ini amat kuat, orang bahkan menjadi sukar meraih prestasi apa pun. Belum apa-apa dia sudah merasa gak bisa melakukan sesuatu sehingga urung mencoba berbagai kesempatan yang ada.

Akan tetapi, rasa rendah diri yang masih memungkinkan buat seseorang berprestasi juga berakibat negatif. Seharusnya, kemampuannya meraih sesuatu bakal meningkatkan kepercayaan dirinya. Namun yang terjadi malah ia tak mampu berbangga atas prestasi tersebut. 

Ia mengecilkan hasil kerja kerasnya sendiri atau merasa dirinya tidak pantas memperolehnya. Ucapan selamat dari orang-orang belum tentu membuatnya gembira. Ia justru kian merasa terbebani dan membayangkan seandainya saja tidak meraihnya sehingga bebas dari sorotan.

7. Lebih mengkhawatirkan tantangan berikutnya

ilustrasi beban pikiran (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seiring dengan pencapaian di suatu bidang, tentu ada pula konsekuensinya. Misalnya, kenaikan jabatan akan menghadapkan seseorang pada tugas-tugas baru yang tentunya bakal makin menantang. Gak mungkin posisinya naik, tetapi pekerjaannya makin ringan.

Orang yang mudah cemas seketika fokus pada tantangan-tantangan baru tersebut. Energi yang seharusnya dikeluarkan dalam ekspresi kebahagiaan justru dihabiskan dengan memikirkan hal-hal negatif. Seperti, bagaimana bila ia tidak mampu mengemban tugas-tugas baru itu?

Guna menghindari hal ini, orang yang baru meraih sesuatu mesti betul-betul menyadari kemampuannya di bidang tersebut. Kepercayaan diri dan optimisme akan masa depan mesti dibangun bersamaan. Kalau ia telah dipercaya untuk menempati suatu posisi, meski perlu belajar dan beradaptasi, dia tentu akan mampu melaksanakan berbagai tanggung jawabnya.

Gak bangga terhadap pencapaian diri merupakan tanda masalah yang cukup serius. Kita dapat kehilangan semangat untuk mengejar prestasi-prestasi berikutnya. Akibatnya, hidup kita stagnan bahkan terus mengalami kemunduran. Berbanggalah atas setiap pencapaian tanpa berlebih-lebihan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team