Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi dua perempuan (pexels.com/Kaybee Photography)
ilustrasi dua perempuan (pexels.com/Kaybee Photography)

Apakah kamu merasa ada banyak beban pikiran bahkan finansial justru di bulan Ramadan? Bulan yang seharusnya dirimu fokus beribadah malah dipenuhi kecemasan akan berbagai hal yang tidak berkaitan langsung dengan ibadah itu sendiri. Makin mendekati Idulfitri, makin pusing juga rasanya.

Tekanan besar di bulan puasa dan menjelang Lebaran bisa berasal dari pandangan yang hampir menganggap tradisi sebagai kewajiban. Juga kebiasaan terlalu memikirkan komentar orang lain. Muncul rasa takut kalau-kalau kamu tidak melakukan hal-hal seperti yang dilakukan orang maka menjadi gak normal.

Padahal, puasa sebulan penuh seharusnya sangat menyederhanakan hidupmu. Beban pikiran pun semestinya seperti menguap di Ramadan dan Lebaran. Mulailah dari diri sendiri buat menormalkan delapan hal berikut selama bulan puasa serta Idulfitri nanti. Kamu gak aneh, kok.

1. Buka dan sahur dengan menu yang sama

ilustrasi berdoa sebelum makan (pexels.com/Monstera Production)

Berbuka serta sahur tidak harus dengan menu yang berbeda. Anggap keduanya seperti makan di hari-hari yang lain. Di bulan selain Ramadan, apakah kamu memasak 3 menu berbeda untuk 3 kali jam makan? Kemungkinan besar tidak karena akan merepotkan sekali.

Oleh sebab itu, di bulan puasa pun sama. Dirimu tidak harus menyajikan sayur serta lauk berbeda untuk buka serta sahur. Justru makan hanya 2 kali dalam sehari bisa membuat hidangan mubazir kalau belum habis sudah ditambah menu lain. Kamu tidak akan kekurangan gizi hanya karena menyantap menu yang sama ketika berbuka serta sahur.

2. Tidak mudik

ilustrasi Idul Fitri (pexels.com/Thirdman)

Walaupun mudik Lebaran menjadi tradisi yang sangat kuat di Indonesia, ingat bahwa gak melakukannya juga tak mengurangi pahala apalagi membatalkan puasamu. Mempererat tali silaturahmi dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk via online.  Pada dasarnya, pulang kampung juga bisa dilakukan kapan pun kalau Idulfitri nanti dirimu berhalangan.

Seperti belum ada dana untuk mudik membawa semua anggota keluarga, kamu harus tetap bekerja, dan kendala lainnya. Sebaliknya, kalau dirimu selalu mudik juga jangan memandang aneh perantau yang tak melakukannya. Apalagi terus menanyakan alasannya seolah-olah keterangannya sangat penting untukmu. Orang yang tidak mudik bukannya gak sayang pada keluarga di kampung.

3. Gak punya baju baru khusus buat Lebaran

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/RDNE Stock project)

Soal pakaian jangan sampai membuatmu cemas berlebihan. Tidak ada yang salah dari kamu mengenakan pakaian lama saat Idulfitri dan bersilaturahmi ke rumah saudara serta tetangga. Bahkan jika dirimu menggunakan pakaian yang sering dikenakan untuk bekerja, kuliah, atau main juga tak apa-apa.

Kembali saja ke fungsi utama pakaian sebagai pelindung tubuh. Selama bajumu belum robek-robek artinya masih pantas dipakai buat berbagai kegiatan. Jangan memaksakan diri belanja pakaian baru ketika masih banyak baju di lemari atau keuanganmu lagi kurang baik. 

4. Tak membuat menu khas Idulfitri

ilustrasi memasak (pexels.com/Thirdman)

Apa yang terhidang di meja makanmu sangat tergantung dari selera serta uang belanjamu. Hindari menjadikan ketupat, opor, rendang, kue kering, dan makanan khas Lebaran sebagai keharusan. Sampai seolah-olah dirimu belum merayakan Idulfitri bila tak ada menu-menu di atas. Masak saja apa yang diinginkan serta terjangkau bagimu.

Sangat tidak apa-apa jika kamu malah ingin hari pertama tak berpuasa menikmati nasi goreng. Lalu siangnya sop sayuran atau soto ayam yang segar. Menu-menu ini juga amat layak dihidangkan pada tamu. Yakin deh, banyak dari mereka yang sebenarnya cepat bosan dengan sajian khas Lebaran yang berbahan utama daging serta santan.

5. Gak bawa pasangan saat bersilaturahmi

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/PNW Production)

Jomlo sering dibikin tidak nyaman dengan pertanyaan tentang pasangan saat kumpul keluarga. Namun, jangan pula kamu lantas gak mau berkunjung ke rumah saudara serta tetangga cuma buat menghindari pertanyaan soal jodoh. Tetaplah percaya diri melangkah meski gak ada orang yang digandeng.

Demikian pula untukmu yang terbiasa menanyakan jodoh seseorang, sekarang latihan menghapus pertanyaan itu. Fokus pada siapa yang ada di hadapanmu. Gak usah membicarakan jodohnya yang jelas belum tampak batang hidungnya. Dalih peduli tapi tidak memikirkan perasaan orang lain jangan lagi dikemukakan.

6. Tidak memberikan salam tempel saat ekonomi sulit

ilustrasi salat Id (pexels.com/Didno Didno)

Salam tempel termasuk dalam sedekah. Akan tetapi, rasa malu ketika kamu gak kasih salam tempel bisa lebih besar ketimbang dirimu tidak berdonasi ke yayasan amal. Penyebabnya, jika kamu tak memberikan salam tempel di hari raya, orang-orang di sekitarmu akan mengetahuinya. Maka beban mentalnya menjadi lebih besar.

Kamu bingung antara mengamankan uang yang terbatas buat kebutuhan pokok dulu atau nekat tetap kasih salam tempel. Jika kondisi perekonomianmu benar-benar sedang buruk, jangan memaksakan diri. Misalnya, dirimu kena PHK menjelang bulan puasa dan hak-hakmu belum terpenuhi. Tentu lebih baik gak kasih salam tempel dulu daripada kamu sampai berutang.

7. Tak menyambut tamu dengan perabot baru

ilustrasi pasangan (pexels.com/Jack Sparrow)

Selain baju baru, sebagian orang juga merasa perlu mengganti perabot rumahnya menjelang Lebaran. Alasannya, supaya lebih siap menyambut tamu. Sofa lama ditukar tambah dengan sofa baru. Karpet lama masuk gudang serta diganti dengan karpet yang lebih cantik.

Biaya ganti perabot seperti ini tentu banyak sekali. Dirimu bisa habis jutaan rupiah hanya untuk memperbarui perabot rumah. Padahal, perabot lama juga masih cukup bagus. Sambut tamu dengan perabot seadanya saja. Terpenting semuanya sudah dibersihkan dan kamu sebagai tuan rumah menunjukkan sikap yang ramah.

8. Tak upload foto bersama keluarga

ilustrasi melihat kamera (pexels.com/PNW Production)

Pada 1 Syawal, sebelum jam 12.00 pun beranda media sosialmu mulai dihiasi foto dan video teman-teman bersama keluarganya. Sebagiannya memakai pakaian yang warna dan modelnya mirip serta berpose tertentu. Pastinya kamu harus ikut senang menyaksikan kebahagiaan kawan-kawan bersama keluarga masing-masing.

Akan tetapi, jika saking asyiknya dirimu menikmati kebersamaan dengan keluarga sampai lupa berfoto juga tak usah sedih. Memang dokumentasi berupa foto serta video dapat dibagikan dan dilihat kembali. Namun, lebih penting daripada keduanya adalah kenangan yang terekam dalam benakmu. 

Begitu juga kalau kamu sudah yatim piatu dan belum memiliki keluarga sendiri. Tiadanya unggahan foto dan video Lebaran bersama keluarga merupakan hal wajar. Tidak berarti hidupmu sangat kesepian serta gak bahagia. Kamu masih punya keluarga, tetapi mungkin hubungannya tak terlalu dekat. Ini normal, kok.

Jika delapan hal di atas terus dianggap tidak normal, banyak orang malah kurang bahagia di bulan Ramadan serta saat menyambut Lebaran. Jangan membebani diri sendiri maupun orang lain tentang standar normal. Berbeda dari orang lain dalam hal apa pun bukanlah kesalahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team