instagram.com/sumaiyya.books
Diangkat dari sebuah kejadian nyata, novel feminis ini ternyata hanya berlatarkan satu malam saja. Sejumlah perempuan dari kelompok agama Mennonite memutuskan untuk mengadakan pertemuan di sebuah bukit terpencil untuk membahas masa depan mereka.
Mereka tak lagi tahan membiarkan ketidakadilan terus terjadi. Dengan modus yang sama, para perempuan Mennonite ini dicekoki dengan obat terlarang atau alkohol dan dilecehkan. Setiap kali mereka membuat laporan, aparat setempat hanya menganggap mereka berimajinasi. Beberapa bahkan dengan santainya menganggap pelaku pelecehan yang mereka maksud adalah jelmaan iblis yang dikirim untuk membalas dosa-dosa mereka.
Di tengah berbagai keterbatasan, para perempuan tersebut akhirnya memutuskan untuk menuntut para pelaku pelecehan yang masih bebas berkeliaran. Novel ini ditulis dari sudut pandang seorang notulen rapat di pertemuan tersebut.
Jika diperhatikan kesembilan novel feminis di atas merupakan hasil karya penulis perempuan. Namun, bukan berarti hanya perempuan yang berhak membacanya, siapapun harusnya bersedia membaca dan memahami isu feminisme dengan mata terbuka. Salah satu cara serunya melalui narasi yang menarik seperti beberapa rekomendasi novel di atas. Silakan tambahkan daftar novel feminis yang kamu tahu atau sukai di kolom komentar.