Tentunya, zaman sudah berubah. Tidak seperti Orde Baru, era Reformasi membebaskan kita untuk berkarya, berpendapat, bahkan mengkritik pemerintah. Perubahan ini pun akhirnya menggeser minat pasar juga.
Kini, banyak masyarakat senang dengan karya yang dekat dengan mereka. Alhasil, penerbit pun juga mencari karya yang sesuai dengan selera pasar. Gak heran kalau umumnya karya yang laris di pasaran terlihat serupa.
Meskipun begitu, Agus Noor tidak merasa hal tersebut masalah dengan hal tersebut. Toh, ia menulis untuk memperjuangkan gagasannya..
"Laku atau tidak itu bagi saya tidak masalah. Tapi, kalau kamu memang ingin menjadi penulis best seller atau penulis yang mengikuti keinginan pasar, itu tidak apa-apa. Tidak ada yang salah," ungkapnya.