Ahmad Hasyim dan Pedis Care Lukis Senyum di Wajah Pasien Diabetes

Pada 2021, International Diabetes Federation (IDF) mencatat sebanyak 537 juta orang dengan rentan usia 20—79 tahun menderita diabetes. Bisa dikatakan bahwa 1 dari 10 orang di dunia hidup dengan diabetes. Di Indonesia sendiri bisa dikatakan sedang darurat diabetes.
Dilansir Kementerian Kesehatan, penyakit diabetes melitus jadi penyakit penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia setelah hipertensi. Tak heran jika pemerintah selalu menggaungkan gaya hidup sehat, terlebih terkait pembatasan konsumsi gula pada masyarakat luas.
Diabetes tidak menyerang kalangan bawah saja. Penyakit ini juga diderita masyarakat menengah ke atas sehingga menunjukkan bahwa diabetes dapat menyerang siapa saja. Dampak yang ditimbulkan pun bisa dikatakan menyeramkan. Ketika luka diabetes sudah parah dan menyerang jaringan dalam, tak jarang bagian tubuh tersebut harus diamputasi.
Ahmad Hasyim Wibisono menjadi salah satu seseorang yang tergerak untuk membantu pasien diabetes untuk hidup lebih baik. Pemenang SATU Indonesia Awards 2019 di bidang kesehatan itu mengagas sebuah pelayanan kesehatan di luar rumah sakit untuk merawat luka, seperti diabetes.
Diberi nama Pedis Care, perjalanan Ahmad Hasyim membantu para pasien diabetes dari berbagai kota penuh perjuangan. Namun, demi melukis senyum dan harapan di benak pasien, Ahmad Hasyim terus tergerak memajukan program Pedis Care.
1. Pengalaman ketika pendidikan profesi menggerakkan Hasyim menggagas Pedis Care
Ahmad Hasyim yang memang memiliki background di dunia kesehatan memutuskan membentuk layanan kesehatan di luar rumah sakit bernama Pedis Care. Layanan kesehatan tersebut pertama kali digagas oleh Hasyim bersama dua rekannya pada 2015. Perjalanan Hasyim membangun Pedis Care berawal ketika dirinya masih duduk di bangku pendidikan profesi pada 2008. Alumni Universitas Brawijaya ini sempat merawat pasien diabetes yang luka di kakinya sudah membusuk dan bisa dikatakan hancur. Katanya, luka tersebut terjadi karena penanganannya yang kurang cepat dan tidak ada teknologi terbaru.
“Diganti perbannya, lalu dibersihkan dan ditutup kembali. Tidak ada sesuatu yang spesial dari perawatannya sehingga rata-rata pasien harus berakhir di kamar operasi dan diamputasi,” ujar Ahmad Hasyim ketika diwawancarai pada, Sabtu (7/10/2023).
Kegelisahan dan pertanyaan pun muncul di benak Hasyim. Ia merasa seharusnya ada harapan untuk para pasien diabetes tetap hidup tanpa kehilangan kakinya. Ia pun mencari cara dan informasi terkait cara merawat luka, alat yang dibutuhkan, hingga metode yang paling pas. Berawal dari merawat pasien diabetes saat kuliah, Hasyim pun berhasil membangun Pedis Care yang kini berdampak besar. Pelatihan-pelatihan kesehatan sempat ia dan rekan-rekannya ikuti demi masa depan Pedis Care yang cemerlang.